45.Diusir

808 64 0
                                    

~Happy reading~

Zeira mengepalkan tangannya,ia paling benci jika situasi seperti ini tanpa sadar tangannya terangkat untuk menampar pipi Kalisa.

Tapi aksi itu terhenti oleh teriakan dari pintu rumah Zeira.

"BERHENTI ZEIRA!!"


Zeira menoleh , tubuhnya kaku melihat ayahnya yang sedang murka. Jujur baru kali ini dirinya di teriakki oleh ayahnya.

"Ayah.."lirih Zeira sambil menurunkan tangannya.

"Apa yang kau lakukan hah?, Kau pikir kau bisa menyakitinya?, Ingat ini Zeira, kau beruntung masih tinggal di rumah ini tetapi melihatmu seperti ini membuat saya muak atas kelakuan mu, PERGILAH DARI RUMAH INI!," bentak Zevano sambil mendekati Kalisa.

Zeira tersentak dengan kata-kata ayahnya itu , rasanya sangat sesak, matanya serasa perih dan hatinya bagai di tusuk ribuan pisau.

Cukup! Zeira muak dengan sikap ayahnya.

"Seharusnya mereka yang pergi dari rumah ini ayah!!, Di sini aku putri kandung mu sementara dia," Zeira menunjuk Kalisa , "DIA HANYA ANAK TIRI MU!!"

Situasi ini sangat mencekam ditambah hujan deras yang belum juga reda. Saira terdiam dirinya juga merasa bersalah.

"CUKUP ZEIRA!, Keterlaluan sekali kamu hah?, Sejak saya menikah lagi dengan Saira saya tidak pernah menganggapmu sebagai anak saya , jadi jangan berharap terlalu tinggi," tutur Zevano.

Zeira terdiam ungkapan ayahnya ah bukan ayahnya entahlah ayah siapa , hatinya hancur berkeping-keping, runtuh sudah pertahanannya air matanya mengalir.

"KENAPA?, APA KARENA KEMATIAN BUNDA?, TETAPI KENAPA MALAH AYAH YANG MEMBENCIKU , SEHARUSNYA AKU YANG BENCI AYAH!!"pekik Zeira.

"Kalo bukan karena ayah dan wanita jalang itu , bunda masih hidup disini yah!," Lirih Zeira .

Zevano mendekat ke arah Zeira sambil menatap tajam tangannya mencengkram kuat dagu Zeira .

"Katakan sekali lagi ZEIRA!!,"perintah Zevano dengan penuh penekanan.

"YA !!,KALO BUKAN KARENA AYAH DAN WANITA JALANG ITU , BUNDA MASIH HIDUP,"teriak Zeira.

Plakk!

"CUKUP ZEIRA!, CUKUPP!!"bentak Zevano sekencang mungkin di hadapan mukanya setelah berhasil menampar Zeira dengan keras.

Zeira memegangi pipinya yang panas dan perih , dirinya semakin terkejut ketika merasakan ada darah dari sudut bibirnya.

Sekarang bukan hanya bukan hanya hatinya yang semakin sakit , tapi fisiknya pun di sakiti oleh ayahnya sendiri. Ini pertama kalinya Zeira mendapatkan kekerasan fisik dari ayahnya.

Zeira menatap ayahnya dengan tatapan kecewa lalu tatapannya menatap Kalisa dan Saira secara bergantian.

"Baiklah jika ayah ah.. "Zeira meringis kesakitan karena ujung bibirnya terluka .

"..maksud saya anda menginginkan saya pergi , tanpa di minta pun saya akan pergi,"setelah mengatakan itu Zeira berlari keluar rumah itu.

"Tidak, bukan ini yang aku mau,"lirih Kalisa yang tak terdengar oleh siapapun.

Zeira tidak peduli dengan hujan yang mengguyur tubuhnya , bahkan Zeira berlari tanpa memakai alas kaki.

Air matanya terus mengalir bersama dengan air hujan, Zeira berlari tanpa henti . Hingga.

Bruk..

Zeira terjatuh di atas aspal yang kasar, membuat luka baru di tubuh Zeira, tapi Zeira bangkit kembali lalu berlari lagi tanpa memperdulikan luka di lututnya.

Zeira berhenti lalu berteriak keras menyamakan suara hujan deras. Zeira mengedarkan pandangannya dan beralih menengadah ke langit.

"Langit kenapa kau terlihat sangat menyedihkan seperti aku? Kemana semua bintang-bintang yang indah itu?"monolog Zeira.

"Aku merindukanmu, BUNDA!"lirih Zeira sambil terisak pilu.

Zeira berharap air hujan yang mengalir di tubuhnya mampu membawa serta rasa sakit hati yang di rasakan saat ini.

Zeira masih setia untuk berdiam di tempatnya sambil memejamkan kedua matanya. 

Namun aneh kenapa air hujan tidak menjatuhi tubuhnya lagi sementara jelas-jelas hujan masih turun dengan deras jika di dengar dari suara air yang tumpah ruah di jalanan.

"Zeira apa yang kau lakukan?"

Zeira menoleh ke sumber suara dan melihat sang empunya.

"Dev..an.." lirihnya.

Zeira ambruk. Untungnya Devan dengan sigap membuang payung yang di pegangnya dan menahan tubuh Zeira.

"Zeira!"pekik Devan dengan nada khawatir.

Devan langsung mengangkat tubuh Zeira yang sudah basah kuyup menuju mobilnya.

~ZEIRA~

Zeira mengerjapkan matanya , kepalanya terasa berat , hidungnya pun seperti tersumbat.

Ia menatap sekeliling ,ini bukan kamarnya, terakhir Zeira mengingat Devan menghampiri dirinya yang sedang menangis tersedu-sedu.

Dirinya mencoba bangkit dari tidurnya. Seseorang menghampiri Zeira lalu memberikan teh hangat.

"Minum dulu Ra,"ucap Devan.

Zeira menerima gelas berisi teh hangat itu , lalu meminumnya.

"Makasih," lirih Zeira sambil tersenyum lemah.

Devan mengangguk , "tadi mamah pesen , besok gak usah sekolah di sini aja istirahat ,"

Zeira tersenyum tipis lalu merebahkan tubuhnya dan mencoba untuk tidur, dan melupakan semua yang terjadi di rumahnya.

TBC
Hola guys

Seperti biasa jangan lupa
Klik 🌟 dibawah sini
👇🏻


Selamat hari raya idul Fitri ya 🙏🏻

13-05-2021

ZEIRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang