Pemalas
Sebuah kata yang sering Aisha dengar di telinganya dan sudah tidak asing lagi jika mendengar kalimat itu.
Well, Aisha tidak peduli jika di panggil 'pemalas' karena memang ia pemalas, meski memberontak tidak ingin dikatakan pemalas pun mau bagaimana? Dirinya memang pemalas tak bisa di katakan tidak.
"Aisha Ardana! Bangun!" teriak Haris--kakak laki-laki Aisha yang bisa di bilang kejam, kurang ajar kepada adiknya, jika mereka sudah bertengkar, orangtuanya akan kewalahan.
Aisha membuka selimut yang menutupi tubuh dan wajahnya, matanya langsung melirik ke arah Haris yang terlihat kurang ajar bagi Aisha. "Apa sih? Mengganggu anak orang tidur, kau punya kamar sendiri kan? Lupa apa gimana sih mas nya?" ujar gadis itu sebelum kembali menutup wajahnya dengan selimut.
Tetapi Haris menarik selimutnya dan membuangnya ke lantai dengan paksa. "Menyebalkan sekali kau ya? Kemarin kau meminjam gitarku kan?" katanya tak terima.
"Iya minjam! Tapi tidak sampai kan? Kenapa kau heboh sekali!" Aisha heran, kenapa Haris sangat-sangat menyayangi gitarnya itu di bandingkan dirinya.
"Tidak lecet kata mu?!" Haris terlihat marah, lalu menunjukkan gitarnya, "ini ada satu garis! Lihat baik-baik!"
Aisha meneliti gitar itu, hanya ada satu garis. "lebay sekali hanya satu juga."
"Tapi ini--"
"AISHA!" Sela seorang gadis yang memanggil nama Aisha lalu buru-buru menghampiri Aisha.
"Aku dapat kabar baru!!" ujar Alia heboh membuat Aisha menutup kedua telinganya.
"Apaan sih?!" kesal Aisha.
Haris melirik Alia tak suka, lalu pergi begitu saja membuat Aisha menghela nafas lega. Kedatangan Alia yang tiba-tiba memang sangat bermanfaat.
"Apa sih? Datang-datang heboh sendiri," Aisha heran dengan sahabatnya yang satu ini.
"Ini lihat," Alia menunjukkan ponselnya, di sana ada sebuah gambar seorang perempuan tengah memeluk seorang pria yang lebih tua darinya.
Aisha mengernyit bingung. "Ini siapa emang?"
Alia langsung menoyor kening Aisha. "Kau gila? Berapa tahun kau kuliah di kampus?"
"Barus aja mau dua tah--"
"Tidak perlu menjawab juga!" Sela Alia sewot, "akan ku beritahu siapa dia, okey?"
Aisha mengangguk. "Okey," katanya dengan terpaksa.
"Dia ini namanya Sarah,"
"Terus?" Aisha tak mengerti, kenapa hanya masalah Sarah memeluk seorang pria yang lebih tua darinya pun di permasalahkan.
"Iya, dia itu pasti punya Daddy Sugar!" sewot Alia sedikit tidak menyangka, gadis polos seperti Sarah ternyata?
"Sugar Daddy! Sudah salah, sewot lagi!" ketus Aisha.
"Sama sajalah!"
"Oke oke, terus?" Aisha sebenarnya tidak penasaran, tetapi ia tahu temannya seperti apa makanya lebih baik dia dengarkan dulu Alia.
"Ya anak se-polos dia begitu ternyata? Tidak percaya saja." ujar Alia dengan nada yang dibuat-buat.
"Tapi sepertinya tidak mungkin deh," Aisha mengambil ponsel Alia, melihat lagi foto Sarah dengan seorang om-om, "pasti dia om nya atau bapaknya," tebak Aisha.
"Aku tahu om nya yang mana sama bapaknya yang mana!" jelas Alia sewot, "karena biasanya ya, yang polos-polos suka nge-jleb!"
"Tidak semua lah," Aisha sebenarnya tidak peduli dengan hal semacam itu, toh dirinya tidak mengenal siapa perempuan yang sedang di bicarakan Alia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisha Story's [Lengkap]
General FictionMereka bersahabat saat kecil tetapi karena sebuah 'kesalahan yang tidak disengaja' oleh Abhimanyu membuat hubungan persahabatan antara Abhimanyu dan Aisha renggang bahkan mereka sampai bermusuhan hingga saat ini. Mereka bertetangga dan mereka selalu...