42: Never say goodbye

49 10 74
                                    

Ruangan tengah sekarang begitu ramai, bagaimana tidak? Keempat orang ini terus berdebat tentang Film apa yang akan mereka tonton dan mereka tidak ada yang mau mengalah satu pun.

"Sudah ku bilang Film romance!" Kata Aisha ngegas.

"Horor lebih seru!" Sahut Juan tak mau menonton Film pilihan Aisha.

"Oh nooo! Film romance itu pilihan terbaik!" Kata Sarah menyetujui Aisha.

"Film aksi jauh lebih seru!" Kali ini Abhimanyu yang berkomentar.

Aisha dengan dramatis berkata. "Kenapa yah? Para pria tidak ingin mengalah pada wanita! Pria macam apa!"

Sarah yang tak kalah dramatis membalas. "Iya yah, hm! Seharusnya mereka menuruti keinginan kita padahal hanya untuk menonton Film saja, para pria memang selalu berbuat repot."

Abhimanyu dan Juan ternganga bersamaan.

"Iyah benar sekali, mereka berkata seolah-olah selalu mengalah padahal sebenarnya kita yang mengalah!" Masih dengan nada dramatis Aisha berkata seperti itu.

"Iya, mereka ingin di puji saja." Sindir Sarah.

Abhimanyu dan Juan saling melirik. Aisha dan Sarah benar-benar menunjukkan jurus mereka agar kedua pria itu mengalah.

Juan memberikan remotnya dengan kikuk seperti seorang menantu pertama kali datang kerumah mertuanya. "Ini nyonya, silahkan, kami ikut saja..." Juan mengatakan itu dengan senyuman penuh keterpaksaan, wajahnya benar-benar tertekan.

Sarah mengambilnya remote nya sambil cengar-cengir.

Dan ia sesuai rencana, akhirnya para perempuan menonton Film bergenre romantis.

Sarah dengan santai bersandar di pundak Juan sedangkan Aisha juga ingin bersandar di pundak Abhimanyu namun apalah dayanya sekarang yang hanya bisa memeluk lututnya sendiri.

Selama satu jam mereka fokus menonton sambil sesekali mengunyah makanan ringan.

Tok tok tok

Hanya Abhimanyu yang sadar akan suara ketukan itu, tanpa berlama-lama Abhimanyu segera melangkah menuju ke ruangan utama lalu membuka pintunya.

"Haris?" Abhimanyu cukup terkejut dengan kedatangan Haris bersama Raina.

"Untung saja kau yang membuka pintunya..." Haris tersenyum dengan senyuman yang sulit Abhimanyu artikan.

"Masuk dulu..."

"Aku ingin berbicara dulu denganmu, kau ikut dengan ku..." Haris mengajak Abhimanyu pergi keluar sedangkan Raina memilih diam disana sambil memainkan ponselnya.

"Kenapa tidak masuk dulu?" Kata Abhimanyu bingung.

"Nanti saja,"  Haris mendudukkan tubuhnya di kursi depan rumah.

"Aku ingin berbicara cukup serius denganku, ini tentang kehidupan adikku..." Tambahnya dengan senyuman hambar.

Merasa ini benar-benar serius, Abhimanyu segera mendudukkan tubuhnya di samping Haris dengan perasaan yang curiga.

"Apa?"

"Pernikahan adikku dengan Raihan akan di percepat..."

Abhimanyu tersenyum miring mendengar itu. "Lalu?"

"Tolong kau menjauhlah dari adikku, jika dia terus bersamamu... Perasaannya jadi kebingungan."

"Itu berarti Aisha hanya mencintai ku!" Jelas Abhimanyu cukup tegas.

"Apa gunanya cinta sekarang?" Kata Haris mematahkan hati Abhimanyu.
"Aisha sudah menjadi calon istrinya orang, bahkan pernikahan mereka hanya tinggal menghitung hari..."

Aisha Story's [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang