15 : Kebenaran Raja

85 13 139
                                    

Sekarang Abhimanyu dan Aisha tengah berada di perjalanan menuju rumah Raja yang lumayan jauh jika dari rumah mereka––Abhimanyu sendiri menjalankan motornya dengan santai karena itu perintah Aisha yang takut jika Abhimanyu mulai ngebut-ngebutan.

"Sha, kau sungguh akan bertunangan dengan Raja?" tanya Abhimanyu.

"Hah?"

Dan Abhimanyu memilih untuk tidak bertanya lagi––sebab jawaban Aisha pasti akan sama yaitu 'hah'

"Kau bicara apa tadi?" tanya Aisha balik yang sudah penasaran.

"Hah?" Abhimanyu sengaja menjawab hah, karena tak mau mengobrol dengan Aisha di motor ini.

"Ih BUDEG!" teriak Aisha dekat telinga Abhimanyu.

Astaghfirullah, dia tidak sadar diri batin Abhimanyu sambil menghela nafas.

Aisha reflek memeluk Abhimanyu kuat kala pria itu mengerem mendadak.

"Kau ini membuatku terkejut saja!" ketus Aisha sembari memukul pundak Abhimanyu.

Abhimanyu terlihat jengkel, bukan karena Aisha namun karena beberapa pria yang ada di depan mereka saat ini.

"Anak buah Leo," ucap Abhimanyu memberitahu.

Aisha langsung menatap ke depan dan membelalak tak percaya. "Si anjir!" cetusnya yang langsung turun dari motor dan menghampiri beberapa anak buah Leo.

Melihat itu Abhimanyu sesegera menyusul Aisha karena takut perempuan itu kenapa-napa.

"HEI!" teriak Aisha pada para pria disana.

Para pria disana terlihat terkejut namun mereka malah memeluk lengannya sendiri seolah menantang.

"Memang ini jalan punya kalian? Hah?!" tanya Aisha yang sudah sangat kesal dengan manusia yang sama.

"Iya, bapak saya yang membangunnya Napa?" balas pemuda yang satunya.

Aisha menggaruk kepalanya tak tahu harus menjawab apa. "oh..."

"Yaudah minggir, beri kami jalan!"

"Tidak, sebelum kau bertemu dengan bos ku."

Aisha langsung berkacak pinggang. "Mana si Meong itu! Pasti si jamet mulai berulah!"

Salah satu pria yang hendak menjawab terhalang keburu datang nya Leo dari mobil membuat Aisha tersenyum kecut saat melihat Leo.

"Hai, Aisha Ardana dan Abhimanyu Malik..." sapa Leo sambil memberikan senyuman.

Aisha memutar bola matanya malas. "Dasar ! Mau apa?! Menghalangi jalan orang itu tidak baik! Menyingkirlah! Kami sudah telat! Lagipula kau ini gabut apa bagaimana? Tidak ada kerjaan menghalangi jalan orang, teror Abhimanyu terus lagi." ujar Aisha sedikit membentak.

Leo terkekeh mendengar itu––pandangan beralih pada Abhimanyu yang sedang mengepalkan tangannya sendiri.

"Aisha... Kau masih saja sangat berisik, bisa tidak bicara itu pelan-pelan, jangan ngegas... Jadi feminim begitu, bisa?" ujar Leo halus dengan senyuman ciri khasnya.

"Dasar bedebah! Kau pikir aku tidak feminim? Lihat penampilan ku wahai manusia laknat, aku sedang memakai rok, rambut ku juga di gerai, ini disebut tidak feminim? Otakmu di paha apa bagaimana?" cerocos Aisha emosi.

Anak buah Leo menahan tawanya, membuat Leo menatap mereka tajam.

"Otakku di kepala sedangkan otakmu di kaki!" ucap Leo pelan––sengaja agar tidak ngegas pada Aisha.

"Dih, otak kau yang di kaki." Aisha menatap Leo geli.

Pandangan Leo beralih pada Abhimanyu yang hanya menyimak saja.

Aisha Story's [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang