40 : Tertipu

59 10 85
                                    

"Jangan panggil aku Raihan!" Gerutu Raihan yang tak suka di panggil namanya langsung oleh Aisha––Raihan berpikir kan mereka akan menikah namun Aisha masih saja memanggilnya dengan nama depannya secara langsung, tidak ada embel-embel 'Mas' atau 'Bang' misalnya.

"Ya terus mau di panggil apa? Badut?" Tawar Aisha heran––masalah seperti ini pun harus di runding segala.

Raihan ternganga. "Masa badut sih? Yang lain, pokoknya istimewa gitu."

Aisha berdecak kesal––tolong ia tidak bisa memikirkan nama untuk Raihan hari ini––bisa kapan-kapan kan pikir Aisha yang sudah terkesal-kesal.

"Oh iya dulu, kau dan mantan kekasih mu itu sering memanggil apa?" ujar Raihan bertanya––sebab ia tidak ingin disamakan dengan mantan kekasih Aisha––ia hanya takut dijadikan bahan pelarian perempuan itu tapi ia juga tak mau meninggalkan perempuan itu.

"Nama depan terus kadang panggil sayang atau cinta--"

Raihan tertawa menyela ucapan Aisha. "Alay banget..." Parau nya.

Bukannya menghentikan ucapannya karena Raihan terlihat cemburu, perempuan itu malah berkata. "Tapi kami juga sudah memikirkan nama panggilan setelah kami menikah dulu ya, dia akan memanggil ku dengan sebutan cintaku sedangkan aku memanggilnya mas mal--"

Aisha segera menutup mulutnya––hampir saja yang keceplosan tentang siapa mantan kekasihnya.

Sebenarnya Aisha tak ingin menutupi ini namun––saat kemarin Aisha mengatakan kebenaran jika ia masih mencintai pria lain––Raihan sampai mabuk dan berbuat nekat.

Aisha tidak ingin Raihan tahu tentang hubungan dengan Abhimanyu dulu––karena jika Raihan mengetahuinya sekarang maka ia tidak akan di izinkan pergi ke India bersama Abhimanyu.

"Mas mall?" tanya Raihan memastikan.
"Pria itu kaya sekali yah?"

"Dulu kan kami belum bekerja..." Balas Aisha cepat.

"Oh jadi mending kau panggil aku--"

"Shiva!" Sela Aisha.

Raihan ternganga. "Baiklah terserah kau saja!"

"Yaudah ini koper nya sudah beres!" Aisha memberikan koper Raihan pada pria itu.

"Pulang-pulang gih!" Usir Aisha.

"Eh di usir," cetus Raihan.

"Kan kau akan kerja? Bukankah kita menikah butuh modal yah?" Ujar Aisha dengan nada ketus.

"Sudah ada modalnya mah kau tunggu saja." sahut Raihan segera membawa kopernya.

"Ajak kak Raina..."

"Iya..."

Mereka pun mulai berjalan ke tengah rumah––disana sudah ada Sonia, Fahmi, Haris dan juga Raina yang sedang berbincang-bincang.

"Raina kok belum siap-siap?" tanya Raihan heran––padahal jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi namun Raina malah terduduk santai.

Raina ingin menjawab namun Haris berdehem memberikan kode untuk dirinya saja yang menjawabnya.

"Hmm, begini adik ipar sebenarnya Raina akan disini dulu––nanti aku akan mengantarkan pulang sekaligus melamarnya..."

Aisha dan Raihan ternganga seketika.

"Sungguh?" tanya Aisha memastikan.

Haris mengangguk dengan senyuman tak pudar. "Kau setuju kan de?"

Aisha hanya mengangguk pasrah––akhirnya Haris bisa move on juga.

Aisha Story's [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang