26: Ulang tahun

51 12 93
                                    

Suasana di kamar Aisha begitu ramai, terdengar suara teriakan kesal Saira lalu teriakan marah Alia, di tambah tawa kemenangan Sarah sedangkan Aisha yang hanya bisa tertawa melihat tingkah sahabat-sahabat nya yang sengaja bertingkah malam ini hanya untuk menghilangkan rasa sedih Aisha––dan Aisha benar-benar melupakan rasa sedihnya malam ini.

"Oke lanjut, siapa yang hidup nya tidak jelas tapi bermanfaat?" tanya Saira dengan wajahnya yang sudah di penuhi bedak––karena beberapa kali kalah.

"Hmm..." Semuanya terlihat berpikir––dan sebenarnya tidak pernah terpikir dengan pertanyaan itu makanya mereka bingung.

"Mengaku kalah?"

Semuanya mengangguk lalu Saira dengan bahagianya mulai mengoleskan bedak di wajah teman-temannya.

"Jawabannya... Juan!"

Aisha, Alia dan Sarah menatap Saira bingung.

"Jadi kan hidup Juan itu sepertinya tidak jelas tapi dia bermanfaat bagi banyak orang, pasalnya dia suka muncul di waktu yang tepat, coba kau pikirkan lagi." Jelas Saira rupanya sering memperhatikan Juan.

"Bisa-bisanya-- Arghh..." Semuanya menjerit heboh ketika lampu di kamar dan di luar kamar mati dengan begitu tiba-tiba.

"Anjir Aisha lupa bayar listrik apa gimana?" tanya Saira.

Walaupun ruangan ini gelap, Aisha tetap menutup matanya dengan kedua telapak tangannya seraya berteriak. "KAK HARIS JANGAN JAHIL IH! AKU TAKUT GELAP!"

"Su'uzon dek! Kamar kakak juga gelap!" Teriak Haris di sebrang sana.

"Aww jangan cubit-cubit Saira!" Ketus Alia karena tangannya terasa di cubit-cubit oleh seseorang dan di sebelahnya hanya ada Saira.

"Heh! Fitnah!" Sergah Saira tak terima.

Sarah yang berada di sebelah Aisha, tengkuknya terasa digelitiki. "Ih Aisha geli lah, jangan bercanda."

Aisha ternganga. "Geli kenapa? Tanganku saja sedang--" Aisha tidak bisa melanjutkan kalimatnya karena ia malah ternganga melihat di depannya ada bayangan putih yang berjalan mendekati mereka.

"Guys..." Lirih Aisha, "tidak beres ini..."

"Apa sih Sha?" tanya ketiga temannya.

"Lihat ke depan..."

Ketika nya langsung melirik ke depan dan alangkah terkejutnya mereka ketika melihat bayangannya putih itu yang semakin mendekat arah mereka.

"AAAA...." teriak Aisha, Alia, Saira dan Sarah dengan lantang.

Mereka berempat saling berpelukan––dan memejamkan matanya, tak mau menatap bayangan yang semakin mendekat itu.

TOK TOK TOK

"Hei kalian kenapa?" Teriak Haris di luar panik.

Otomatis mereka berempat membuka matanya––bayangan itu langsung hilang dalam sekejap dan dengan segera mereka berempat lari lalu memeluk Haris.

"Kak ada hantu..."

Mereka berempat memeluk Haris, membuat Haris menggaruk-garuk tengkuknya bingung––jika Aisha saja yang memeluknya ia tidak apa-apa karena itu biasa tapi teman-temannya Aisha?

"Hantu? Jangan bercanda." Haris melepaskan pelukan mereka, lalu berjalan masuk ke dalam kamar dengan menggunakan senter ponselnya.

"Tidak ada apa-apa, kalian hanya negatif thinking saja, lagipula ini hanya mati lampu paling beberapa menit atau jam lagi juga nyala, mendingan kalian tidur saja––bangun-bangun lampu sudah menyala." Jelas Haris sebelum keluar dari kamar itu.

Aisha Story's [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang