09: Superhero nya Aisha

87 16 119
                                    

Abhimanyu dan Aisha sibuk menatap langit di malam hari yang gelap ini––hanya ada cahaya dari bulan, bintang-bintang di langit dan senter ponsel yang menemani mereka saat ini.

Suasana sangat hening, hanya ada suara serangga.

Tidak ada sepatah katapun yang terucap di bibir mereka, mereka memandangi bintang-bintang sambil tersenyum membayangkan keinginan mereka.

"Sekarang aku tahu tentang kau dan--"

"Renal?" Sela Aisha.

Abhimanyu mengangguk.

"Aku sadar sekarang... Aku hanya sayang padanya dan tidak mau kehilangan nya, aku juga sudah mengikhlaskan dia bersama perempuan yang dia cintai." ujar Aisha sambil tersenyum hangat––seolah-olah perempuan itu sudah benar-benar ikhlas.

Abhimanyu menatap dalam Aisha. "Kenapa kau mencintai Renal?"

"Renal itu pria baik, dia sangat baik––bukan kepadaku saja tetapi pada orang lain juga, orangnya positif sekali––jarang sekali dia marah-marah, sabar sekali, pokoknya dia itu idaman akuuuuuu!" Aisha menekan kata 'aku' dengan gemas.

"Tapi sayang ya, jodoh orang." balas Abhimanyu sambil menahan tawa.

Aisha mendelik kesal karena Abhimanyu menahan tawanya.

"Pasti sekarang kak Haris sedang panik," Aisha langsung mengalihkan topik pembicaraan ketika sepintas yang mengingat kakaknya.

"Apa kau tahu? Kak Haris adalah manusia paling menyebalkan sama sepertimu, bedanya aku menyayangi kak Haris sedangkan kepadamu aku tidak sayang––sesimpel itu."

"Kak Haris itu yah, hobinya marah-marah... Padahal marah-marahnya hanya karena masalah sepele." adu Aisha seperti anak kecil kepada ayahnya.

"Marah-marah juga pasti ada alasannya, nah alasannya apa?"

"Aku hanya membuat goresan sedikit di gitarnya, merusak drumnya, memecahkan gelas kesukaannya, meminjam bajunya hingga bajunya hilang, meminjam topi kesayangan nya tapi langsung hilang karena terbawa angin saat ku pakai pas naik motor, mengacak-acak bukunya, bangun selalu siang dan membuat kak Haris telat masuk kuliah dan lain-lainnya." jelas Aisha.

Abhimanyu menatap Aisha datar. "Sepele katamu?"

Aisha mengangguk polos.

"Aku jika ada di posisi Haris, sudah ku usir kau." ujar Abhimanyu datar.

"Kejamnya..." Aisha menjeda sebenarnya ucapannya, "tapi yah, walaupun kak Haris sering marah-marah tapi kak Haris itu sudah seperti ayah sekaligus ibu bagiku."

"Setiap pagi sarapan sudah siap, aku tinggal memakannya walaupun ketika hendak makan malam aku di paksa untuk memasak, aku ingin sesuatu tinggal minta ke kak Haris dan lain-lain lah."

Abhimanyu termangu beberapa saat, bisa-bisanya Haris sabar menghadapi Aisha, sudah sarapan di buatkan, selalu meminta uang kepadanya tapi masih saja suka keras kepala dan tidak penurut.

"Kau ini perempuan, seharusnya kau yang masak,"

"Aku juga masak! Tapi aku masak untuk makan malam! Soalnya kalau pagi-pagi aku masih tidur!" jelas Aisha bangga.

Abhimanyu mengelus dada. "Bukan istri idaman..."

"Memangnya siapa yang mau menjadi istri mu? Tidak, tidak ada!"

"Ada tapi bukan kau!"

"Ya ampun... Kasian sekali dia, mau-maunya punya suami seperti mu nanti..." gumam Aisha.

"Dari pada kau terus mengurusi hidupku, lebih baik cari sinyal––siapa tahu disini ada kan." titah Abhimanyu ketus, alhasil membuat Aisha mengambil ponsel nya tak kalah ketus.

Aisha Story's [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang