"Bu, masa cowok, sih?! Nanti kalo macem-macem gimana? Gak ah, aku tinggal sendiri aja nggak papa kok, beneran deh!" protes Ainka Atlana, cewek berambut panjang itu kepada Ajeng—pemilik kos yang ditempatinya.
Lagian, Ainka tak habis pikir dengan Bu Ajeng. Bagaimana bisa Ajeng mengizinkan penghuni kos cowok tinggal bersama dengan dirinya? Apa yang akan terjadi nanti?
Sejak tadi gadis itu tak henti-hentinya menggerutu dan mengumpat dalam hati. Menguatkan hati dan berdoa dalam hati supaya orang itu tidak jadi menyewa.
Sedangkan orang yang berada di seberang telepon sana berdecak. "Emang itu kos punya kamu? Suka-suka Ibu lah! Lagian kan, kamu tinggal di rumah sendirian dan kamarnya banyak, hitung-hitung jadi teman kos kamu lah biar nggak sendiri." Ajeng memberikan penjelasan panjang lebar kepada Ainka.
"Dan nanti kalo cowoknya macem-macem kamu teriak aja, panggil Ibu, oke? Lagian mana ada sih, Ibu kasih izin cowok nakal tinggal sama kamu. Ah! Tenang aja sebelum masuk udah Ibu seleksi dulu kok. Kamu tenang aja," sambungnya
Sedangkan Ainka di seberang sana sudah keki sendiri dengan Ajeng. "Bu ... yang nge-kos buta, ya?"
Ainka sudah gemas sendiri dengan calon penghuni tersebut. Jelas-jelas di depan tertulis 'Terima Kos Putri' kenapa masih ada penyewa cowok? Katakan kepada Ainka kenapa?
"Heh! Mulutnya!" tegur Ajeng. Mungkin jika Ainka berada di sampingnya mulutnya sudah di tabok oleh Ajeng
"Lagian jelas-jelas di depan tulisannya terima kos putri, kenapa yang nyewa cowok sih, Bu!"
Ainka menghela napas kesal, lalu mengambil es teh yang berada di depannya, meneguknya hingga tersisa setengah. Tiba-tiba saja hawa di sekitarnya menjadi panas. Padahal cuaca hari ini sedang mendung.
Ajeng tertawa. "Kamu aja yang nggak tau. Tadi pas kamu berangkat ke kampus, Ibu ganti jadi terima kos putra putri, hehe. Lumayan, In, tambah-tambah kekayaan, masa ditolak, sih? Ya, kan?"
Perkataan Ajeng membuat Ainka menganga tak percaya, ingin rasanya Ainka menangis saja!
"Oh, iya, In! Nanti kalo ada yang chat kamu, itu calon penghuninya. Katanya datengnya nanti malem, kamu bersihin kamarnya, ya? Kamu juga jaga akhlak, siapa tau kan jodoh kamu, hihi."
Apa tadi? Jaga akhlak? Perasaan akhlaknya baik-baik saja, bahkan sangat baik malah–menurutnya.
"Bodo amat!" Ainka mematikan sambungan telponnya, lalu meletakkan ponselnya di meja kantin kasar.
Ainka sudah tinggal di kos–lebih tepatnya rumah yang dijadikan kos–Ajeng sejak ia masih menjadi maba. Sekarang ia mahasiswa semester tiga, ia adalah anak jurusan manajemen. Ia bukanlah satu-satunya penghuni kos tersebut, dulu. Tapi entah mengapa akhir-akhir ini atau lebih tepatnya enam bulan terakhir ini belum ada lagi yang menyewa. Dan baru ada saat Ajeng meneleponnya tadi.
Dulu, Vika Amanda mahasiswa jurusan SeMu alias Seni Murni tingkat akhir. Memiliki paras yang lumayan ayu, tinggi badan ideal dan memiliki rambut hitam legam yang sangat cantik. Sikapnya yang dewasa membuat ia banyak diandalkan dalan rumah tersebut. Namun sekarang ia sudah lulus dan urusan pekerjaan juga yang membuat Vika harus pindah.
Lalu ada juga Putri Saraswati, ia juga sama dengan Vika, mahasiswa tingkat akhir. Namun Putri adalah anak jurusan Seni Musik. Sangat menyukai musik, tidak ada hari tanpa bernyanyi di hidupnya, sehari bahkan bisa bernyanyi puluhan lagu. Untung saja suaranya merdu, coba kalau tidak, mungkin Ainka sudah menyuruh Putri untuk minggat.
Terakhir, Thalita Daniswara, mahasiswa semester tiag jurusan Sastra Korea. Bahkan bahasa sehari-hari saja ia menggunakan bahasa Korea, kadang Ainka yang diajak berbicara pun memilih pergi daripada mendengarkan Thalita. Thalita juga memilih tinggal di rumah saudaranya karena permintaan Mamanya. Sebenarnya Thalita tidak mau, tapi mana mungkin ia membantah sang Mama itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kost-Mate
Teen FictionBagaimana perasaanmu jika tinggal bersama lima orang cowok dalam satu rumah, dan kamu adalah cewek satu-satunya? Takut? Sedih? Atau malah bahagia karena tinggal bersama dengan cowok ganteng? Ainka Atlana terpaksa harus tinggal bersama kelima cowok...