25# Waktu adalah jawaban

15 5 0
                                    


Kembali ke masa sekarang, dimana semua orang tengah duduk bersama dimeja makan setelah menghabiskan nasi yang ada di piring mereka.

Sebenarnya, jika ditelusuri hingga kini. Masih menjadi tanda tanya mengapa Twi dan dua sahabatnya datang ke masa lalu. Mungkin bisa dikatakan jika pertemuan mereka dengan kakek Twi dimasa depanlah yang membawa mereka ke sini, namun tujuan sebenarnya kita bahkan belum tahu hingga kini.

Twi mulai melirik ke arah kedua kakek dan neneknya. Ia tampak gusar dengan menghela nafas berkali-kali. Erin menyadari tingkah Twi yang sedang dalam mode tidak stabil dan begitu pula dengan Lie yang sendari tadi ingin membuka suara tetapi selalu urung dilakukan.

hening, sunyi, bahkan angin pun tidak ingin melalui mereka. Meja makan telah bersih dari piring-piring yang kotor--hari juga sudah tertutupi oleh gelapnya langit. Mereka disana sendari tadi hanya saling diam dan sekali-kali bertatap mata. Ayolah sebenarnya suasana macam apa ini.

"Apa ada yang ingin kalian sampaikan?" Suara kakek membuka pembicaraan.

"Iya, apa ada yang ingin kalian bicarakan? Karena sejak tadi kalian hanya saling tatap satu sama lain. Ada masalah, Twi?"

Twi menatap kakek dan nenek kemudian menatap Erin dan Lie secara bergantian. "Ah begini kek, seb-sebenarnya ada yang ingin Twi tanyakan."

"Silahkan," ucap kakek cepat.

"Kami masih bingung mengapa kami ada disini. Se-sebenarnya kami tidak tahu sama sekali alasan kami kemari. Iya benar, jika kakek meminta ku untuk datang kemari saat bertemu dibelakang sekolah. Tapi, ada yang janggal." Twi menunduk sambil memejamkan mata.

Suara helaan nafas terdengar. "Bukankah lucu jika kalian bertanya pada kami. Bahkan kami masih antara percaya dan tidak jika Twi adalah cucu kami. Mungkin ada satu alasan kenapa kalian diminta datang kemari. Dan, kalian tahu pada masa sekarang lorong waktu tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang."

"Apakah itu benar kek?" Tanya Erin dengan cepat.

Kakek mengangguk. "Lorong waktu hanya ada dua dimasa ini."

"Du-dua, jika satunya ada pada kakek lalu satunya ada pada siapa, kek?" Lie menatap kakek Twi.

"Ada pada--" jawaban itu terpotong oleh suara dobrakan pintu. Seketika kami bergegas melihat ke arah pintu.

Suara itu berasal dari amukan warga yang berteriak marah. Mereka juga membawa obor dan senjata ditangan mereka.

"Keluar!! Keluar. Dasar tidak tahu malu. Kalian bahkan menggunakan hal licik agar bisa banyak uang!"

"Kalian melakukan hal yang memalukan!!"

Suara teriakan itu silih berganti mengisi telinga. Hina-an, ejekan terdengar amat pedas.

"Ada apa ini, nek?" Tanya Twi pelan.

"Ka-kalian cari tempat bersembunyi. Tidak baik jika kalian ikut keluar," ucap kakek meminta mereka semua untuk bersembunyi.

"Tapi kek--"

"Dengarkan kakek, jika kalian ketahuan ada disini maka kalian akan ada dalam bahaya. Kalian tunggu disini kakek akan keluar untuk meluruskan masalahnya. Kalian tetap disini." Kakek menekankan kalimat terakhir.

"Hati-hati, pak." Yarto mengangguk.

Malam yang sunyi seketika menjadi riuh dan ricuh oleh suara warga.

Kakek Twi keluar dari pintu rumah. Saat itulah, tanpa aba-aba seorang warga melempar kayu ke arah kakek. Kakek terjatuh sebelum ia menyadari apa yang terjadi.

"Kalian semua penipu!"

"Kalian semua penipu!"

"Kalian semua penipu!"

Lorong Waktu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang