"Kita bertemu kembali, paman." Thomas menekan kalimat terakhir yang ia ucapkan.Sebelum portal ruang waktu tertutup, sosok pemuda lain keluar dari sana. Ia menatap pada Basurata tajam, kemudian beralih menatap para wanita yang tidak asing pada matanya.
Suasana disana terlihat kacau, semua barang sudah tidak tersusun rapi. Ruangan itu benar-benar seperti arena pertempuran. Thomas menatap kotak yang ada ditangan Basurata tajam.
"Ternyata mengambil sesuatu yang bukan milik mu, adalah kebiasaan yang sulit dihilangkan. Ah, mungkin itu memang sifat asli mu, paman." Thomas tertawa kecil mendekati Basurata. Ia menatap laki-laki itu dingin. "Sekarang, kau adalah buronan paman. Baik itu diluar atau pun didalam negeri. Kemana pun kau lari, kau tetap seorang buronan." Thomas menyeringai, merebut kotak itu dari Basurata. Kemudian berbalik dengan santai, namun sebelum Basurata membuat pergerakan--Thomas lebih dulu melayangkan tinju pada wajah Basurata. Laki-laki itu langsung pingsan ditempat, darah segar mengalir pada hidungnya.
"Twi!" Erin berteriak saat merasakan pergerakan dari tubuh sahabatnya. Twila membuka matanya perlahan, ia bisa melihat wajah Erin dan Lie. Mereka baik-baik saja.
Twi mencoba bangkit, kepalanya terasa sangat sakit. Tubuhnya terasa remuk. "Kalian baik-baik saja?" Twi memeriksa keadaan Erin dan Lie secara bergantian.
"Kami baik-baik saja, Twi." Jawab Erin dan Lie serempak. Mereka saling berpelukan, rasanya sangat menegangkan melewati cerita ini.
Tubuh Basurata dan anaknya sudah di ikat dengan erat. Bahkan mulut mereka sudah disempal dengan kain agar tidak bisa berbicara omong kosong lagi.
"Dek," ucap Thomas pelan. Mendengar suara yang tidak asing membuat Twi langsung melihat ke sumber suara. Betapa terkejutnya dia saat melihat bahwa sang kakak kini berada didepannya.
Twi langsung bangkit dan memeluk tubuh Thomas erat. Ia mulai terisak, menangis di dada bidang kakaknya. "Hei, mengapa menangis. Sekarang kamu aman, dek." Thomas mengelus punggung adiknya dengan lembut.
"Twi sangat takut, ini bukan drama kak. Tadi, tadi keadaannya benar-benar bahaya. Mama, papa, Lie, Erin. Mereka semua hampir dalam bahaya," ujar Twi menangis. Keadaan tersebut membuatnya sedikit shock, ia benar-benar sangat takut.
Thomas melepaskan pelukannya. Ia menatap sang adik, menghapus pelan air mata yang ada di pipi adiknya. Ia tersenyum sambil menggelengkan kepala pelan. "Adik kakak sangat berani, kamu sangat pemberani. Maaf, maaf karena kakak telat datang." Thomas mengelus rambut Twi pelan. "Sini peluk kakak lagi." Thomas merentangkan kedua tangannya. Dengan senang hati Twi memeluk tubuh kakaknya.
"Rin, kak Thomas terlihat sangat tampan." Lie berbisik pada Erin. Erin mengangguk, ia melihat ke arah Lie dengan mengacungkan dua jempol.
"Dia sangat tampan," ucap Erin hampir berteriak. "Tapi, siapa yang datang bersama kak Thomas tadi?" Erin menoleh pada Lie, gadis itu diam. Dia juga tidak tahu siapa yang datang. Tapi sosok itu terlihat tidak asing.
"Omas, polisi akan datang sebentar lagi." Suara laki-laki itu terdengar membuat Thomas melepaskan pelukan sang adik. Ia tersenyum menatap pemuda itu, tangannya menggenggam tangan sang adik.
"Twi, ini Akara cucu dari Mr Zecky yang kamu cari." Thomas tersenyum memperkenalkan pemuda itu pada sang adik.
Mendengar itu bukan hanya Twi yang terkejut, namun Erin dan Lie juga ikut terperangah. Pantas saja mengapa sosok itu tidak asing bagi mereka.
"Hei, kita bertemu lagi." Akara mengulurkan tangannya ke arah Twi.
Twi menatap Akara tidak percaya. Ia kemudian menatap kedua Erin dan Lie yang sama bingungnya. Dengan ragu-ragu Twi menerima tangan Akara. Laki-laki itu tersenyum pada Twi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lorong Waktu (Tamat)
FantasyPlagiat minggir!!! Awas ya jangan coba-coba, tuh dilihat Allah. ________ Perjalanan Twi dan kedua sahabatnya menjelajahi waktu akhirnya terbuka. Twila, nama sang tokoh utama yang mendapatkan hak istimewa untuk kembali ke masa lalu, namun bukan unt...