40# End

19 4 0
                                    


Beberapa puluh tahun yang lalu, ketika dua orang laki-laki bertemu secara ajaib melalui dimensi waktu. Mereka adalah Yanto dan Zecky, seorang laki-laki yang sama-sama terkejut karena berhasil menembus waktu.

"Dahulu pertemanan kami sangat aneh." Pria tua itu tersenyum tipis.

"Aneh, bukankah sejak awal semua ini sudah aneh Mr Zecky," cetus Erin membuat Lie menyikut perut Erin secara tiba-tiba. Pria tua itu tertawa mendengar ucapan dari Erin.

"Benar, dari awal cerita ini sudah aneh."

Angin berhembus lembut membawa hawa dingin menuju Twila dan Akara yang sedang berjalan menyusuri jalanan. Gadis itu tersenyum tenang menatap lurus. Akara tersenyum simpul lalu menoleh ke arah depan. Mendadak jantungnya berdebar kencang.

"Apa yang akan kamu lakukan sekarang Twi?" Akara bertanya tanpa menoleh.

"Pulang," jawab Twi dengan santai. "Ku pikir, aku harus segera pulang untuk meluluskan sekolahku dan kembali ke sini." Akara terkejut mendengar ucapan dari Twi. Gadis itu tersenyum lebar. "Kau terkejut?" Akara mengangguk. "Masih ada serpihan cerita yang belum jelas disini." Akara mengangguk kecil, harapannya seketika pupus mendengar hal tersebut.

"Ayo Twi kita kembali, semua orang pasti sudah menunggu kita." Gadis itu mengangguk. Mereka berdua kembali ke kediaman Mr Zecky dengan santai.

***

Thomas tersenyum tipis saat melihat adiknya sudah pulang, dia juga melihat ke arah Akara yang tersenyum. "Ini seperti cerita novel," ucap Thomas pelan.

"Kakak!" Twi berlari menghampiri Thomas. "Maaf karena pergi tiba-tiba." Thomas tersenyum mengangguk pelan.

"Kalian habis kencan?" Mata Twi mendadak melotot mendengar itu. "Just kidding, jadi apa yang kalian lakukan diluar?"

"Nothing," ujar Akara cepat. "Ayo masuk Twi, ku rasa makan malam sudah terhidang sekarang." Akara masuk lebih dulu meninggalkan Twi dan juga Thomas.

Suasana agak lenggang saat Akara meninggalkan mereka berdua. "Apa yang sebenarnya kakak lihat dimasa depan." Twi menatap Thomas lurus tanpa senyum. "Mengapa cerita ini seperti mempermainkan ku," sambungnya lagi.

Thomas melipat kedua tangannya didepan dada menatap Twi dengan senyum simpul. "End, cerita ini berakhir dengan bahagia."

"Bohong," ucap Twi penuh penekanan. "Tidak mungkin paman hanya mengejar kotak kosong."

Thomas tersenyum. "Asal kau tahu, kotak itu memang kosong dari awal. Kakek memberikannya pada mu agar kau mencari Mr Zecky, temannya."

"Kenapa?" Twi menatap Thomas berkaca-kaca.

"Karena kakek menitipkan pesan pada temannya agar dia menjaga mu."

"Dengan cara apa, dia bahkan tidak ak–" Thomas memberikan kertas yang berisikan tulisan lusuh kepada Twi.

"Akara," ujar Thomas dalam hati. "Dari awal kalian sudah terikat Twi," ucap Thomas mengelus kepala adiknya itu. Twi hanya terpaku saat membaca surat untuknya.

"Kalian cucu terbaik yang pernah ada, bahkan wajah cucuku dimasa depan sangat indah. Maafkan kakek karena memberikan tantangan yang sulit untuk dihadapi. Namun, kalian sangat istimewa. Lorong waktu hanya sebuah portal ghaib yang membawa mu pada sebuah takdir. Meski kau memegang masa lalu, kau tetap tidak bisa memperbaikinya. Hal yang sudah berlalu tak mungkin kembali baru. Twi, kotak itu memang kosong namun hati mu tidak. Jika kamu berhasil membaca surat ini, maka artinya kamu berhasil bertemu Zecky. Aku mengatakan padanya bahwa kami akan bertemu lagi melalui cucu-cucu kami."

Lorong Waktu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang