5# Serpihan Diri

72 13 0
                                    

Seorang anak perempuan tengah menarik nafas lirih sambil menatap sekitarnya walau dipenuhi dengan kegelapan. Anak itu menatap dengan seksama, seakan ia ingin berbicara Mengapa dia disini dan kenapa hanya ada kegelapan bak ruang hampa tanpa orang. Dia mencoba terus untuk berjalan ke depan tanpa tahu apa yang ada dihadapannya.

Tiba-tiba ada suara yang terdengar.

"Kamu akan mengacaukan segalanya!"

Anak itu sontak berhenti karena kaget. "Suara apa itu. Sebenarnya ini dimana."

"Kamu harus membayar segalanya!!" suara itu semakin besar membuat Twi mulai ketakutan.

Suara itu mulai mendekati tubuh Twi. "Jika kamu ingin mencari tahu tentang lorong itu. Kamu harus mencariku dibelakang sekolah." Suara itu kemudian perlahan menghilang diiringi oleh suara tawa yang mengerikan.

"Aku dimana. Mengapa aku disini. Aku ingin pulang!" Twi berteriak dengan kencang untuk meminta tolong.

Dari arah belakang terdengar langkah kaki mendekati Twi. Twila menoleh untuk melihatnya tapi tidak ada siapa pun disana. Diwaktu bersamaan ketika ia ingin menoleh, ada sosok seseorang yang mendorong tubuhnya dengan kuat. Tubuh Twi seperti terjatuh dari atas tebing yang tinggi disertai dengan teriakannya yang kencang.

Brukk!!

"Tolongg.. tolonggg!" Twi meracau dengan kencang.

Mendengar teriakan Twi, seluruh keluarganya terbangun dan langsung menuju ke kamarnya dengan cepat.

"Twila.. Twi bangun nak. bangun!" Mamanya berteriak untuk membangunkan Twi. Thomas yang baru saja datang langsung berlari untuk melihat keadaan adiknya.

"Ada apa ma?" tanya Thomas dengan panik.

"Twila, sepertinya dia bermimpi buruk." Suara itu terdengar khawatir.

"Twila, Twi. Bangun dek bangun." Thomas mencoba menggoncangkan tubuh Twi dengan pelan. Merasa tubuhnya terguncang Twi langsung terbangun.

"Dimana aku." Nafasnya tersengal.

"Kamu bermimpi apa Twi, kamu berteriak begitu kencang tadi." Mamanya memberi segelas air.

"Mimpi itu aneh sekali ma, hanya ada suara dan dia mendorong ku hingga aku jatuh." Twi langsung memeluk mamanya dan mulai terisak karena ketakutan.

"Kamu tidak usah takut, kamu tidur lagi ya," ucap mama Twi dengan lembut. Twi hanya bisa mengangguk pasrah.

Ketika mama Twi pergi dari kamar. Thomas menatap sang adik dengan bingung di depan pintu kamar. Dia mengurungkan niat untuk kembali ke kamar dan mulai melangkah untuk mendekati sang adik.

"Kamu mimpi apa Twi? Tidak mungkin jika mimpi mu hanya jatuh ke jurang tanpa dasar." Thomas perlahan duduk disamping Twi.

"Aku tidak tahu kak." Nafasnya masih menderu kencang. "Tapi, mimpi itu memberi petunjuk soal lorong waktu," ucapnya datar.

Thomas yang kaget langsung menoleh pada Twi. "Petunjuk?"

Twila terlihat mengangguk. "Petunjuk itu ada di belakang gerbang terlarang kak." Ia menghela nafas pelan. "Aku butuh buku ketiga itu kak, aku harus mengetahui potongan cerita selanjutnya di buku hitam pekat itu."

"Besok pagi kakak berikan pada mu, sekarang kamu lanjut tidur jangan lupa baca do'a." Thomas menepuk-nepuk bahu Twi sebelum ia pergi dari kamar.

"Tidak mungkin suara itu memberi tahu petunjuk dengan percuma. Pasti ada sesuatu yang di inginkan olehnya dariku." Twila kemudian mencoba melanjutkan tidurnya.

Seperti baru beberapa saat tertidur suara adzan mulai berkumandang memanggil setiap umat islam untuk menunaikan sholat subuh. Begitu pun dengan keluarga Twi yang telah berkumpul di musollah kecil yang ada di rumahnya untuk melakukan sholat berjama'ah. Kebetulan subuh kali ini mereka lengkap. Setelah selesai sholat Twi dan mamanya mulai sibuk  untuk memasak sarapan. Setelah hari mulai beranjak siang, sarapan pun sudah tersaji dengan rapi. Lalu mereka memulai sarapan dengan khidmat.

Lorong Waktu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang