Belasan Tahun tinggal bersama keluarga yang mengangkatnya, sifat Basurata-selaku kakak dari Awrin itu Lumayan tertutup akan segala hal yang menyangkut privasinya. Saat itu, usianya hampir enam tahun ketika Awrin ada dalam kandungan. Semua orang bersuka cita atas hadirnya buah hati baru didalam rumah itu, begitu pun dengan Basurata yang dengan riang menyambut sang adik.Waktu terus berjalan, kandungan ibu Yani terus berkembang dengan pesat. Ia bahkan sangat menanti sang buah hati yang ada didalam perutnya. Mereka terus menerus menunggu dan berdo'a agar sang bayi bisa lahir dengan selamat nantinya.
Saat memasuki bulan persalinan, Pak Yarto-suami Yani menghubungi seluruh keluarga mereka. Saat itu rumah yang bernuansa tradisional tersebut ramai dengan sanak saudara dari kedua belah pihak suami istri tersebut.
Malam itu, tanpa menunggu aba-aba Yani melahirkan. Semua orang berharap agar bayi yang ada didalam kandungannya lahir dengan selamat, tapi na'as Yani mengalami pendarahan saat melahirkan. Semua orang mulai panik, karena dari cerita masyarakat ibu yang melahirkan jika mengalami pendarahan tidak akan bisa bertahan lama.
Dengan hati yang tegar, Yarto dan keluarganya mengelar do'a bersama untuk keselamatan Yani. Kira-kira hampir satu jam lamanya mereka menunggu, tiba-tiba Mbok Ati keluar dengan mengendong bayi kecil dipangkuannya. Sontak semua orang yang ada disana berucap syukur, Yanto sedikit menghela nafas melihat bayinya--yang satu jam lalu telah ia beri adzan sebagai mana perintah agamanya. Ia mendekati sang bayi yang masih berada dipangkuan Mbok Ati.
"Mbok, Yani baik-baik saja kan?" Tanyanya sedikit bergetar.
Mbok Ati mengangguk sambil tersenyum. "Istri mu itu kuat, le. Jadi tidak perlu khawatir. Masuk saja kalau kamu mau tengok Yani."
Yarto menghembuskan nafas lalu berjalan untuk menemui Yani. Kakinya sedikit bergetar saat melihat seorang wanita yang ia sayangi tengah tidur. Ia mengusap air mata yang tanpa sengaja terjatuh.
Disisi lain Yani menyadari jika suaminya sedang berada didekatnya. Ia mencoba mengintip sedikit dari balik matanya yang tertutup. "Laki-laki yang cengeng," ujarnya dalam hati.
"Bu, bapak disini. Ibu sudah merasa mendingan kan," kata Yarto yang mencoba tersenyum meski ia tahu sang istri tengah tidur.
Yani tidak tahan lagi dengan ucapan suaminya yang mulai sedikit menyebalkan. Ia membuka matanya lalu berdecak pelan. "Bapak, bapak itu udah jadi bapak tapi kok malah cengeng sih," ujar Yani tersenyum.
Yarto hanya diam mendengarkan suara Yani yang sudah kembali normal. Ia lega jika Yani sudah mengomel itu artinya dia sudah baik-baik saja.
"Anak kita mana pak?" Tanya Yani tiba-tiba.
"Diluar sama mbok Ati," jawabnya singkat.
"Iya ibu tahu jika anak kita sama mbok Ati, yang aku mau tahu Basurata mana, pak?"
"Mau bapak panggilkan?" Bukannya menjawab Yarto malah bertanya balik.
Yani mengangguk sebagai jawaban. Setelah itu Yarto pergi keluar untuk memanggil anak sulungnya. Tidak lama kemudian, Yarto datang bersama Basurata dan anak kedua mereka.
"Ibu, ibu baik-baik saja kan. Enggak ada sakit kan," ujar Basurata yang langsung memeluk ibunya.
"Loh, kok malah jadi nangis anak ibu. Enggak malu nangis depan adik mu," ucap Yani mengelus pelan punggung anak laki-lakinya.
"Enggak kok Bu, Basurata cuma takut ibu kenapa-napa." Basurata menghapus air matanya.
Mereka berpelukan dengan penuh suka cita. Malam ini, kebahagiaan mereka menjadi lengkap seutuhnya. Dan demi menyambut kelahiran sang anak, Yani dan Yarto mengadakan acara yang besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lorong Waktu (Tamat)
FantasiPlagiat minggir!!! Awas ya jangan coba-coba, tuh dilihat Allah. ________ Perjalanan Twi dan kedua sahabatnya menjelajahi waktu akhirnya terbuka. Twila, nama sang tokoh utama yang mendapatkan hak istimewa untuk kembali ke masa lalu, namun bukan unt...