Pagi ini Thomas akan pergi dengan Akara menuju Amerika, mereka memesan tiket pesawat untuk memastikan keberangkatan mereka tidak dicurigai oleh orangtua Thomas dan Twi.
"Kak, apa kakak bakal naik pesawat sungguhan?" Twi berbisik pada Thomas. Mereka berangkat menuju bandara pada malam hari, ini juga taktik agar bisa pergi tanpa ketahuan siapa pun.
Thomas tersenyum mengelus rambut Twi. "Diam atau nanti kita ketahuan," bisik Thomas tersenyum. Laki-laki itu menoleh pada Akara yang ada disampingnya. Akara balas menatap Thomas yang melihatnya.
"Kak, kotak itu masih Twi yang memegang. Nanti akan ku bawa saat berkunjung," timpal Twi santai, terdengar helaan nafas dari Thomas.
Akara tersenyum menoleh ke arah Twi yang menatap ke luar jendela. Perempuan itu selalu saja bisa membuat Thomas bungkam. Dia senang bisa bertemu kembali dengan perempuan itu.
"Thomas, nanti adik mu akan berkunjung saat libur sekolah, bukan hanya dia Erin dan Lie juga akan ikut," ucap sang mama yang langsung membuat mata Twi membulat sempurna. Twi bersorak dalam hati, itu artinya dia akan pergi nanti.
Thomas berdecak pelan. "Kau begitu senang?"
Tia mengangguk, dia mendekati telinga Thomas. "Aku bersemngat sekali kak, akhirnya bisa bertemu dengan Mrs. Zecky." Thomas tertawa pelan. Akara sedikit menahan tawa, tingkah laku Twi sangat menggemaskan baginya.
Mobil telah sampai di bandara. Thomas turun dari mobil saat Twi sudah turun lebih dulu.
"Twi!" terdengar teriakan dari arah belakang, Twi yang mendengar namanya dipanggil sontak menoleh. Matanya sedikit memicing melihat ada dua orang yang berlari ke arahnya.
Akara melihat Twi yang berhenti membuat laki-laki itu sontak berhenti juga. Dia melihat Erin dan Lie menghampiri Twi dengan nafas yang tersengal. Meski sedikit terkejut, Twi masih mempertanyakan mengapa dua sahabatnya itu datang kemari. Mereka selalu saja datang ketika tidak diminta datang, jika diminta pergi mereka bahkan tidak akan beranjak sedikit pun. Melihat Akara yang berada dibelakang Twi membuat Lie melambaikan tangan.
"Kok datang, kalian gak pergi dari rumah tanpa izinkan?" Akara tertawa kecil.
"Tidak dong, kami datang ingin memberikan bekal ini pada kak Thomas." Erin mengangkat paper bag yang ia pegang, Lie ikut mengangguk.
"Untuk ku?" Akara bertanya dengan senyum. Erin menatap laki-laki itu datar, dia menarik tangan Lie untuk menjauh dari Akara. Twi menahan tawa melihat Akara yang diabaikan oleh dua sahabatnya. "Kau tertawa," gumam Akara yang langsung membuat Twi terkekeh.
"Ayo cepat pergi," ujar Twi melewati Akara begitu saja.
Beberapa saat kemudian terdengar pengumuman mengenai keberangkatan pesawat yang ditumpangi oleh Bagas dan Akara. Dua laki-laki itu berpamitan dengan semua orang. Thomas memeluk kedua orangtuanya, lalu memeluk sang adik dengan erat.
"Yang benar kalau belajar, jangan pergi mulu." Thomas menekan setiap kalimatnya.
Twi meletakkan tangannya di dahi, berpose seperti hormat pada sang kapten. "Siap komandan!" Thomas mengelus kepala Twi. "Awas aja ya kalau pacaran, pokoknya gak boleh kalau Twi belum tahu orangnya."
Thomas tersenyum, dia mengangguk pelan. "Dasar..."
Akara ikut berpamitan setelah Thomas selesai berpamitan dengan semua orang. Akara bersalaman dengan orangtua Twi. Lalu berjalan ke arah Erin, Lie dan terakhir pada Twi.
"Ku rasa dia selalu pergi ditengah cerita, Twi." Erin terkekeh pelan.
"Akara mungkin hanya pemanis cerita." Lie ikut terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lorong Waktu (Tamat)
FantasyPlagiat minggir!!! Awas ya jangan coba-coba, tuh dilihat Allah. ________ Perjalanan Twi dan kedua sahabatnya menjelajahi waktu akhirnya terbuka. Twila, nama sang tokoh utama yang mendapatkan hak istimewa untuk kembali ke masa lalu, namun bukan unt...