14# Remang

35 10 3
                                    

Pagi ini adalah pagi pertama Thomas dinegara orang. Disini terasa sedikit sunyi dari biasanya, ia merasa sedikit aneh dengan suasana yang baru ia rasakan.

"Disini rasanya aneh sekali. Sepi, sunyi, hening." Thomas menghembuskan nafas. "Twi... kamu lagi ngapain disana. Disini enggak enak banget kalau enggak ada kamu," Thomas mengambil handphone yang ada diatas meja, lalu ia menekan asal salah satu nomor.

Kesayangan ku 😘 berdering....

"Waduh... kok aku gak sadar sih kalau kepencet nomornya, Twi."
Terlambat. Saat Thomas ingin mematikan sambungannya, terdengar suara Twi yang sudah menyapanya lebih dulu.

"Assalamu'alaikum, kak Omassss....." Twi berseru riang.

Thomas menarik nafas dalam sebelum berbicara. "Wa'alaikumussalam.. kok adek belum tidur?"

"Kalau udah tidur gak akan Twi angkat videocalnya kakak," ujar Twi dengan terkekeh.

Thomas menyengir sendiri melihat sang adik begitu senang. Tapi kelihatannya bukan hanya Twi yang ada disana namun ada juga dua sahabatnya.

"Kak Omass! semangat yaa disana." Erin berseru kencang yang langsung disauti oleh Lie dengan cepat. "Kami bakalan jaga Twi kok, jadi tenang aja kak!" Lie beroke.

Dasar konyol! Mungkin itu suara hati Thomas yang ingin mengejek mereka, tapi Thomas hanya diam sambil tersenyum.

"Ngapain sih kalian pada menginap?" Thomas bertanya penasaran.

"Mereka berdua itu udah jadi penjaga Twi kak, jadi wajar dong mereka nginap." Lie dan Erin melotot serempak. "Hahaha... enggak kok. Ehm.. sekolah lagi libur kak, makanya mereka nginap."

"Kok tumben banget ya. Oh iyaa.. kalian udah pada makan?"

"Udah dong kak!" mereka berseru serempak.

Thomas lagi-lagi terkekeh dengan tingkah sang adik dan dua sahabatnya. Ada rasa keinginan untuk segera pulang ke rumahnya lagi. Ternyata jauh dari keluarga sungguh sebuah cobaan yang tidak terkira.

"Ekemm.. kalian sadar gak sih kalau kakak udah ganteng banget." Thomas mengubah posisi rambutnya.

"Kakak ganteng banget kalau dikamera." Twi dan dua sahabatnya terkekeh.

"Kok kalian bisa aja sih. Eh Twi.. lihat ke kakak dong, jauh-jauh dari Lie dan Erin bentaran aja," ucap Thomas dengan berbisik. Twi menurut dengan sedikit menjauh dari dua sahabatnya.

"Kenapa kak?" Twi berbisik pelan.

"Kakak kangen," jawab Thomas cepat.

Twi berusaha tersenyum."Twi juga kangen kak. Kangen banget malah, tapi kakak sama Twi nabung rindu aja dulu, Yhaa." Twi berterus terang tanpa menyembunyikan apa pun.

"Kok kamu cepat banget dewasa sih, kirain tadi bakal nangis." Thomas menyindir Twi dengan halus.

Thomas dan Twi mengobrol beberapa kalimat lagi sebelum memutuskan untuk menutup telephone karena Thomas harus cepat bergegas untuk pergi ke kampus agar tidak terlambat.

"Adikku sangat bisa menutupi air matanya." Thomas tersenyum lepas.

Setelah itu Thomas mulai berjalan untuk keluar dari aparteman menuju universitas. Disini, Thomas hanya tinggal seorang diri. Tapi jangan dikira Thomas akan melarat disini karena itu tidak akan mungkin—orangtuanya telah menyiapkan segalanya dari jauh hari sebelum Thomas datang kesini. Lalu untuk melanjutkan kehidupannya, ia harus berkerja disalah satu restaurant kue sebagai pemilik yang resmi. Ia harus menjalankan bisnis itu agar dia bisa bertahan hidup dinegeri orang. Lagi pula kue adalah makanan kesukaan Thomas.

Lorong Waktu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang