32# Paman?

6 4 1
                                    


Hari ini ialah hari yang sangat penting bagi semua orang, itu karena hari kompetisi seluruh sekolah menengah atas akan diadakan hari ini. Semua siswa dari sekolah Twi yang menjadi panitia tengah sibuk mempersiapkan segalanya, begitu pun dengan Twi.

Gadis yang mengikat rambutnya seperti kucir kuda itu berlari kesana kemari untuk memantau semua ruangan untuk peserta olimpiade. Semua olimpiade diadakan digedung kelas sepuluh. Gedung itu jauh dari keramaian jadi cukup tenang untuk mengerjakan soal-soal.

Lalu untuk lomba olahraga dan seni akan diadakan digedung olahraga dan gedung kesenian. Lomba kesenian terdiri atas lomba cerpen, baca puisi, melukis dan fotografi. Sedangkan lomba olahraga terdiri dari catur, taekwondo dan basket yang berada diruangan yang berbeda.

Gedung olahraga sangat luas, jadi dibagi menjadi dua bagian untuk lomba catur dan taekwondo.

"Twi, ini minum dulu." Erin menguntal botol minum.

"Makasih, kamu siap-siap ke aula untuk pembukaan lombanya." Twi memenuhi satu teguk air dari botol. Ia menghembuskan nafas lega.

"Oke, jangan lupa lihat pertandingan ku ya." Erin berlari menuju aula.

Twi mengusap keringat yang ada di dahinya. Pekerjaannya sangat sibuk untuk bisa bersantai.

Semua orang berkumpul di aula untuk menyaksikan pembukaan acara hari ini. Memang benar hari ini sekolah tidak mengadakan kegiatan sekolah, para murid kelas sepuluh dan kelas dua belas diliburkan. Sedangkan kelas sebelas sendiri diminta sekolah untuk menjadi peramai dalam acara ini. Itu tidak adil bukan! Tapi.. tapi jangan khawatir karena acara ini tidak membosankan sama sekali. Bahkan jauh dari kata itu.

Pembukaan acara berjalan dengan meriah, ada tari sambutan untuk semua peserta yang datang. Acaranya benar-benar mewah dan megah. Semua orang terpukau menyaksikannya.

Setelah acara pembukaan selesai, kini semua peserta lomba masing-masing menuju tempat yang telah disediakan.

Twi melihat Lie yang tengah bersiap untuk memasuki ruang olimpiade matematika. Ia memberikan semangat kepada Lie melalui bahasa tubuh. Lie tersenyum menatap Twi yang melihatnya dari jauh.

"Aku masuk dulu, dah." Mulut Lie berbicara tanpa mengeluarkan suara. Twi tersenyum menyuruhnya untuk masuk.

Setelah semua peserta olimpiade memasuki semua ruangan yang tersedia, Twi kembali berkeliling untuk memantau kegiatan selanjutnya. Dia memang panitia yang memantau jalannya lomba hari ini. Makanya dia sangat sibuk berkeliling.

"Twi, kamu diminta datang ke ruangan kepala sekolah." Salah satu temannya menghampiri.

"Aku kesana sekarang," ujarnya langsung berlari menuju ruangan kepala sekolah.

Disaat Twi menghadap kepala sekolah, Erin tengah sibuk melakukan pemanasan. Semua peserta juga melakukan hal yang sama. Lalu mereka diberikan tata cara dan aturan dalam lomba ini agar lomba berjalan dengan lancar tanpa mengalami cedera.

Erin bersiap setelah selesai diberi arahan. "Ternyata lawan kita lumayan juga," ucap Twi pada salah satu teman seperjuangannya.

"Kau harus hati-hati, Rin."

Untuk saat ini Twi sedang berada diruang kepala sekolah, ia benar-benar tidak tahu mengapa ia dipanggil padahal dia bukan ketua panitia.

"Saya meminta kamu untuk mengosongkan perpustakaan digedung lama," ujar pria itu.

Seketika jantung Twi mendadak berdetak kencang. "Ta-tapi pak, bukankah tidak ada masalah jika perpustakaan itu dibuka?"

"Saya ingin mengadakan rapat disana dengan guru-guru."

Lorong Waktu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang