36# Empat Porsi Bakso

10 4 2
                                    

Minggu pagi dirumah Twi, perempuan itu tengah asik bercengkrama dengan kakaknya dengan riang. Dia asik menceritakan perjalanan selama datang ke masa lalu.

"Jauh banget sih mainnya," ucap Thomas mengelus kepala Twi dengan lembut.

Twi menatap kakaknya tersenyum. "Kak, kok bisa sih kakak ketemu Akara?"

Thomas bergumam, menatap lurus kebelakang Twi, dimana Akara sudah berada dianak tengga terakhir. Dia melambaikan tangan agar Akara mendekati mereka, melihat kakaknya yang bertingkah aneh membuat Twi menoleh kebelakang. Matanya menangkap sosok Akara yang sudah bergabung bersama mereka.

"Tidur lo nyenyak?" Thomas bertanya santai. Akara menganggukan kepalanya, dia menatap ke arah Twi.

"Hei Twi," ujarnya tersenyum.Twi tersenyum lalu menatap sang kakak singkat.

Thomas bangkit dari tempat duduknya, merenggangkan tubuh. "Kakak mau keluar lihat mama dan papa dibelakang rumah, kalian ngobrol aja dulu ya." Thomas mengelus kepala Twi lalu pergi begitu saja.

Twi menarik nafas sebal, Thomas membuat sedikit canggung. Jahil, batin Twi ketika melihat Thomas sudah hilang dibalik pintu.

"Apa aku muncul terlalu tiba-tiba?"

Twi menatap Akara sambil menghela nafas. "Tidak, ku rasa aku hanya sedikit shock."

"Kenapa?" Akara bertanya cepat.

"Selama ini kami selalu cara informasi mengenai Mr. Zecky, tapi nyatanya kamu adalah cucunya. Gimana bisa?" Twi menggelengkan kepala, ia mencoba menguncir rambutnya.

Akara langsung tertawa saat melihat tingkah konyol dari Twi. Mendengar suara tawa dari Akara membuat dia menatap ke arah laki-laki itu sinis.

"Sebenarnya penjelasannya singkat, itu karena udah takdir." Akara meletakkan kedua tangannya dibelakang kepala. "Kamu penasaran sama isi dari kotak itukan, Twi?"

Twi ingin berseru namun tertahan karena terdengar suara Erin dan Lie diluar rumah. Menyadari hal tersebut membuat Twi berlari keluar rumah untuk mengajak dua sahabatnya itu ikut bergabung. Twi melambaikan tangannya saat melihat wajah Erin dan Lie yang tersenyum lebar.

"Twi, ayo kita makan bakso." Erin menarik tangan Twi cepat. Namun ditahan oleh Akara yang muncul dibelakangnya.

"Eh, Akara." Lie melotot menyuruh Erin berhenti. Erin menoleh kebelakang, Twi juga melihat tangannya yang ditahan oleh Akara. Menyadari jika Twi tidak suka, laki-laki itu melepaskan tangannya cepat.

"Aku ikut juga," kata Akara membuat semua mata menatapnya. "Kalian mau keluarkan?"

Lie mengangguk. "Ayo sekalian aja ajak dia," ucap Lie menanti jawaban dari dua temannya.

Erin menarik Twi, lalu merangkul tubuh perempuan itu. "Apa akan ada yang menarik jika laki-laki itu ikut kita, contohnya makan gratis." Erin berbisik menoleh ke arah Twi.

Begitulah sikap Erin, dia tidak ingin rugi sedikit pun. Lie menarik nafas pelan, matanya menatap Akara sambil mengangkang kedua bahu ketika laki-laki itu seperti meminta Jawaban darinya.

Twi menarik Erin menuju Lie, mereka saling merangkul satu sama lain. Sesekali menatap ke arah Akara seperti mengawasi pemuda itu. "Dia cucu dari Mr. Zecky," ucap Twi pelan membuat mata Erin dan Lie sedikit terkejut. Mereka seakan pernah mendengar ini sebelumnya. "Dia pasti tahu mengenai kotak azurzabwa, jadi kita harus interogasi dia." Twi tersenyum. Sejenak Erin dan Lie berpikir kemudian berseru setuju.

"Ayo, kita makan bakso." Erin melambaikan tangan agar Akara mengikuti langkah mereka.

Akara melihat ke arah tiga perempuan yang ada didepannya. Mereka saling bercerita sambil sesekali tertawa. Akara juga tersenyum saat melihat garis lurus diwajah Twi terangkat. Lega akhirnya bisa kembali bertemu dengan wanita itu.

Lorong Waktu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang