26# Kembali pada tempatnya

17 6 2
                                    

Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini, pasti segala sesuatu ada alasan mengapa ia
terjadi dan bisa terjadi.

____________________________________

Twi terbaring di atas ranjang dengan mata yang masih tertutup rapat. Tangannya kini di infus untuk memenuhi cairan tubuh yang beberapa hari ini terkuras.

Begitu pun dengan Erin dan Lie, ralat. Mereka tidak di infus--mereka hanya diberi vitamin oleh dokter. Kejadian ini membuat tiga keluarga menjadi histeris, bukan tanpa alasan karena tiga putri dari tiga keluarga yang sudah hilang beberapa hari mendadak ditemukan diruang bawah tangga.

"Maafkan kami, Tante." Erin menundukkan kepala.

"Tidak sayang, kalian tidak perlu minta maaf tentang apa-apa. Tante sangat berterima kasih kalian sudah pulang."

"Kami pulang dulu, Rin. Sekali lagi kami minta maaf jika anak-anak kami merepotkan mu. Tolong segera kabari kondisi Twi jika dia sudah bangun." Kalimat itu menutup pertemuan tiga keluarga tersebut. Semua orang senang bercampur haru karena anak mereka sudah pulang dengan keadaan yang baik baik saja.

Awrin menghela nafas lirih sambil menatap suaminya. "Apa ini ada hubungannya dengan--" kalimat itu dipotong dengan gelengan kepala.

"Ma, tidak perlu khawatir." Awrin tersenyum getir. "Ayo kita masuk," ajaknya. Mereka berdua berjalan menuju kamar Twi tapi langkah kaki mereka tertahan oleh suara dering telepon.

"Pa, ini telepon dari Thomas ," ucap Awrin tiba-tiba.

"Angkat saja." Awrin tidak kuasa mengangkat telepon tersebut.

Ragu, mungkin itu yang tergambar pada wajah Awrin. Dengan tangan yang sedikit bergetar ia mencoba mengangkat telepon dari sang putra sulungnya tersebut.

"Hallo ma, assalam'ualaikum..."

"Wa'alaikumssalam nak, maaf ya tadi mama tidak mendengar ada dering telepon."

"Omas hanya rindu rumah makanya telepon. Kalian tidak sedang sibukkan?" Tanya Thomas sambil tersenyum. "Disini sudah jam delapan pagi, ma. Apa kalian sudah makan malam?"

Awrin diam mendengarkan suara Thomas yang berceloteh tentang banyak hal. Iya hanya bisa tersenyum sambil menghela nafas pelan.

"Ma, kenapa wajah mama jadi muram begitu." Thomas merasakan ada yang aneh dirumah sampai sang papa tiba-tiba mengambil handphone dari tangan Awrin.

"Kami baik-baik saja, Mas. Apa kamu pada adik mu?" Awrin sontak menahan tangan milik suaminya. Ia menggeleng memohon agar jangan sampai Thomas tahu kondisi dari Twi.

"Iya Thomas sangat rindu pada Twi, pa. Dia sudah lama tidak mengangkat telepon dariku jangan diangkat teleponnya juga tidak aktif. Dimana dia, pa. Apa dia sedang mempersiapkan diri agar bisa menyusul Thomas disini?" Thomas terkekeh mengingat hal lucu bersama Twi.

Telepon suara tersebut diganti dengan videocall. Sesaat wajah tampan dan berkarisma milik Thomas sudah terpampang dilayar handphone, tidak lupa dengan senyum manis yang selalu bisa membuat semua orang ikut bahagia saat melihatnya.

"Kalian sedang menuju kamar, Twi?"

"Kami tidak akan berbohong pada mu. Jadi Omas jangan kaget melihat keadaan Twi," ucap sang papa membuat Thomas terdiam.

Lorong Waktu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang