Prolog
"Hei, apa kalian pernah dengar tentang 'Para Kelinci?'"
"Kelinci? Kelinci apa?"
"Kelinci yang berkeliaran di malam hari, dalam sunyi dan gelap malam, menarik umat manusia bermain dalam permainan yang mereka ciptakan."
"Permainan apa yang mereka mainkan?"
"Petak Umpat ...."
"Bukannya itu seru?"
"Tapi kau harus berhati-hati, kalau sampai rambutmu terlihat, kau akan diseret, dihukum, diberi perih, dibuat tangis, dan hukuman terburuknya ... dimatikan ...."
"... ah itu hanya desas-desus saja,kan? Mana ada yang seperti itu, memangnya mereka kelinci ajaib? Di dunia ini ada hukum, bila ada yang seperti itu, dari dulu pihak berwajib sudah menangkapnya."
"Mereka memang ajaib, di dunia kita sekarang, nampak dari keajaiban sudah berubah, keajaiban kini berwujudkan pada uang, kekuasaan, kasta dan nama baik."
"Itu sih ..." merinding dirasa, hawa dingin menjadi mencekam. "Dari mana kamu tahu tentang kisah ini?"
"Semua orang tahu, tapi seolah dibungkam, dialihkan dan dianggap hanya desas-desus, bila ada yang membicarakan dan dibahas, isu baru akan diangkat sebagai pengalihan semata."
"La-lalu bagaimana caranya menghindari Kelinci itu?"
"Tidak tahu, mereka memilih korban untuk diajak bermain secara acak, siapapun yang terlihat oleh mereka akan terseret, kebrutalan mereka mencincang setiap pemainnya."
"Sebenarnya apa masalah mereka? kenapa mereka begitu?"
"Aku pernah dengar, katanya korbannya adalah orang yang pantas mendapatkan hukuman karena mereka salah."
"Bukankah mangsanya acak? Lalu bagaimana mereka tahu kalau korbannya bersalah?"
"Kamu mau tahu kenapa? Kenapa korbannya bersalah?
"Kenapa?
"Hukum Alam. Mereka salah karena miskin, mereka salah karena tidak punya uang, mereka salah karena tidak punya kekuatan untuk melawan, mereka salah karena tidak punya kekuasaan untuk melindungi, mereka salah karena mereka lemah ...."
"Dunia menjadi tidak adil, resesi global mengakibatkan para umat rakus dan menentang damai, menjadi hukum alam tanpa sadar telah berlaku diantara mereka. Seperti binatang, memangsa yang lemah dari pada dimangsa. Dunia memerlukan revolusi hukum."
"Tapi apa kamu tahu? Hukum alam itu juga berlalu untuk 'Para Kelinci' itu."
"Ada pemangsa yang lebih kuat dari 'Para Kelinci' itu?"
"Tentu saja ada, rantai makanan tidak pernah lepas dari setiap kehidupan."
"Apa pemangsa yang lebih kuat itu?"
"Themis."
Themis, simbol dari hukum umat manusia, dewi keadilan yang memegang tera di tangan kirinya untuk menimbang dosa, pedang di tangan kanannya untuk menghukum para pendosa, perban yang menutupi matanya seolah dia buta akan keadilan, berlaraskan pada hukumnya sendiri, Themis juga ikut terbawa pada resesi global dari terberlakunya hukum alam lagi.
Dia, sang keadilan yang menuntut keadilan dengan caranya sendiri, didampingi 4 hukum sebagai ksatria pelindungnya, menghukum para pendosa berlandaskan pada rantai alam. Hukum Alam; Memangsa Atau Dimangsa, Yang Kuat Memangsa Yang Lemah.
Themis ....
.
.
.
.
"Hah ... hah ... hahh ... hhah ...." bunyi nafas tersengal-sengal memecahkan keheningan udara kosong di kawasan perhutanan itu.
Seorang laki-laki yang tampak berada di usia pertengahan 20-an berlari sekencang yang ia bisa menerobos hutan dengan memaksa, tidak mengindahkan telapak kakinya yang sudah berdarah akibat berlari di hutan dan pakaiannya yang koyak akibat dari ranting dan semak lebat yang ia lewati.
Kakinya sepertinya terluka parah, tempurung lututnya agak berputar ke kanan, namun ia memaksakan dirinya untuk berlari, setengah terpincang-pincang.
Sesekali laki-laki itu menoleh ke belakang, ke kanan dan ke kiri, dengan mata ketakutan, seakan ada hewan buas yang mengejar dan mengintainya di manapun, dia tidak tahu berapa lama dia telah berlari, menerobos gelapnya malam yang semakin pekat, cahaya sudah menghilang berganti dengan malam membuat keresahannya semakin merayap.
Dia melihat jalanan! Dia berhasil keluar dari hutan dan melihat jalanan di depan sana, dia berlari di jalanan, jalanan yang sepi. Biasanya akan ramai bila di musim panas, namun siapa yang akan lewat di jalanan gelap ini di pertengahan musim dingin? Namun, sepertinya keberuntungan berpihak padanya, mobil Royce putih melaju pelan di jalanan, dengan lampu yang terang benderang di tengahnya kegelapan malam, laki-laki itu segera melambaikan tangan, berlari menuju mobil, menghadang jalan mobil, tak takut bila tertabrak, seolah ada sesuatu yang lebih mengerikan lagi di belakangnya.
Mobil berhenti, di balik kaca bening itu memperlihatkan sepasang suami istri yang sudah lanjut usia, mereka nampak terkejut saat seorang laki-laki melompat ke jalanan menghadang mereka, mereka menjadi waspada, namun kewaspadaan itu hilang berganti dengan khawatir saat dilihat pakaian compang-camping laki-laki itu, ada darah di pelipisnya, kakinya terpincang-pincang dan wajahnya sangat kotor.
"Tolong saya! Tolong saya! Ada orang gila yang mengejar saya! Mereka mau mencelakakan saya!" laki-laki itu segera mendekat dan menggedor jendela mobil, matanya melebar memperlihatkan wajah ketakutan, dia dengan panik menggedor-gedor kaca mobil kuat dan tergesa, membuat pasangan suami isri yang sudah tua itu kehilangan rasa iba mereka, mereka menjadi ketakutan. Apa jangan-jangan ini adalah metode perampokan baru? Atau jangan-jangan laki-laki itu orang yang berbahaya? Seperti buronan polisi? Lihat saja kakinya yang terpincang-pincang seolah di kakinya ada bekas tembakan.
"Saya bukan orang jahat! Saya mohon! Tolong bawa saya! Biarkan saya masuk!" dia menggedor kaca jendela semakin kencang apalagi saat ia melihat nenek tua itu menggoyangkan lengan suaminya untuk segera pergi meninggalkannya. "Brengsek sialan! Buka pintunya! Apa kalian tidak tahu siapa aku! aku bisa berikan kalian uang banyak kalau kalian membiarkanku naik! Kalian akan hidup sejahtera! Buka pintunya sialan! Seharusnya kalian merasa beruntung karena bisa menyelamatkanku! Kalian akan aku beri uang yang sangat banyak!"
Itu kesalahan fatal, mobil Royce putih itu melaju meninggalkan laki-laki itu yang berusaha mengejarnya. Mungkin mereka mengira laki-laki itu orang gila yang memang berkeliaran di sekitar hutan ini.
Panik kembali meliputinya saat jalanan kembali menjadi gelap, ia seperti di awasi! Namun sepertinya keberuntungan benar-benar memihak dirinya, dia melihat ada mobil satu lagi yang datang. Laki-laki itu segera melakukan hal yang sama seperti tadi untuk menghentikan mobil yang baru datang itu, laki-laki itu mendatangi jendela mobil yang gelap dan menggedornya dengan kepanikan namun ada juga kelegaan lagi di wajahnya.
"Tolong saya! Biarkan saya masuk, tolong antarkan saya sampai ke pos polisi terdekat! Ada orang jahat yang sedang mengejar saya!" kata laki-laki itu. "Tolong biarkan saya masuk! Saya akan memberi anda imbalan-"
Jendela mobil di buka, berlahan-lahan di buka dan akhirnya memperlihatkan sosok yang duduk di dalam, wajah tanpa senyum yang biasanya, matanya dingin seolah tak perduli, namum begitu dia menoleh padanya, sosok itu tersenyum-tidak! Itu bukan senyuman, itu seringai! Dia menyeringai dengan mata yang penuh dengan kekejian.
Wajah cantiknya tidak menggambarkan busuknya niat yang terpancar di matanya, tersenyum ia pada laki-laki di luar sambil berkata, "bukankah aku menyuruhmu lari?"
Mei|2021|Themis|Conanfa
KAMU SEDANG MEMBACA
KINGS: Themis
FantasyDia Aria Ashe Van Amstel. Anak kandung dari keluarga Van Amstel yang tidak diakui keluarganya karena mereka lebih mencintai anak adopsi mereka, dia hidup dalam penindasan orang tua dan saudari tirinya yang berpura-pura lemah dan baik. Dia tidak berd...