BAB 33: Pintu Hidayah Buat Dek Lily

3.3K 709 328
                                    

Hai everyone, terimakasih untuk kalian yang sudah menunggu cukup lama. Butuh waktu untuk saya kembali dari istirahat. Semoga kalian suka dengan cerita ini, mohon maaf sebelumnya bila ada salah kata dan penulisan atau penyampaiannya. Terimakasih.

.

.

.

.

.

.

    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    

The Laws melihat ke lantai di bawah lebih tepatnya pada sepatu Aria yang ikut basah. Tidak seperti yang Lily pikirkan, bukan kantung belanjanya, tapi yang paling pertama terbesit sepatu.

Lagi-lagi semua ini perkara sepatu yang malang.

Lily menutup matanya dengan kedua tangannya seakan-akan dia tidak mau memperlihatkan wajahnya yang menangis karena merasa kasihan dengan Aria. "I-ini bukan salah Aria, Aria tidak sengaja menumpahkan minuman ke kantung belanja kalian. Tolong maafkan Aria ... dia tidak sengaja merusak belanjaan kalian, meski pun semua kantung belanjanya rusak karena Aria, tapi tolong maafkan dia ...."

Keempat orang itu menganggap Lily seperti Burung Beo, malas menunggunya selesai bicara. Namun, ketika mendengar soal kantung belanja yang basah, mereka memeriksa kantung belanja kecil yang Aria belikan sebagai hadiah untuk mereka. Hadiah dari Aria!

"A—apa yang telah kau lakukan ...." Karel berlutut mengambil dan memeluk kantung belanja itu dengan dramatis.

"Tidak ... ini tidak mungkin," Lucy terisak-isak walau tidak menangis. Dia ikut berlutut bersama Karel memegang kantung belanja yang ada di pelukan Karel. "Tolong katakan bahwa semua ini hanyalah mimpi ... ini tidak nyata ... ini terlalu menyakitkan ... oh ...."

Lily dan Louist, "..."

Orang-orang yang berkeliaran melewati mereka, menyaksikan kesedihan Karel dan Lucy, seakan-akan ada janin bayi terbungkus di dalam kantung belanja yang basah itu. Beberapa di antara orang-orang mulai mengambil ponsel mereka sambil berbisik-bisik. "Seseorang harus menghubungi polisi."

Dieter dan Azazel membubarkan orang-orang yang berkerumun, menghentikan saat seseorang hendak menghubungi polisi. Dengan mudahnya orang-orang yang berkerumun segera pergi saat Dieter memberikan penjelasan: "Mereka adalah pasien rumah sakit jiwa, kami pawangnya, demi keamanan bersama, mohon jangan didekati."

Lily segera mengambil langkah, dia mendekati Karel dan Lucy, ikut berlutut dan memegang bahu mereka berdua. "Kalian berdua, tenanglah ... aku mengerti perasaan kalian ..."

"Apa yang kau lakukan." Dieter bertindak, dia hendak menarik Lily agar menjauh dari Karel dan Lucy, tapi Azazel menarik bahu Dieter dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

KINGS: ThemisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang