BAB 25: Main Lari-lari.

3.4K 715 240
                                    

PERINGATAN: Pada bab ini mengandung unsur kekerasan, bagi yang tidak nyaman dianjurkan untuk tidak membaca. 




****

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"ha-ha ...." Aria tertawa kecil, dia sudah hati-hati tapi tawanya masih terdengar juga. Tawanya menarik perhatian seluruh penghuni rumah yang saat ini sedang menonton bersama di ruang keluarga. Eugene, Ibunya Khathelinj dan Ayahnya Jan, serta Nathan yang duduk di sebelah Aria, juga Lana dan Lily.

"Ada sesuatu yang menyenangkan?" Nathan bertanya sembari ia mendekat pada Aria mau melihat isi pesan yang membuat Aria tertawa, namun Aria mendorong Nathan melarangnya melihat, Nathan sekilas juga tertampak gembira melihat senyum dan mendengar tawa Aria, dia bersandar pada sofa dan bertanya dengan hangat setelah di dorong oleh Aria.

"Teman-temanku mengajak main tebak-tebakan, itu lucu ...." Jawab Aria dengan senyuman.

Aria yang sangat terampil menahan dan menyembunyikan emosinya bisa kehilangan kendali saat tertawa? Oh tidak seperti itu. Dia sengaja tertawa dengan alami.

Sejak acara menonton bersama dimulai, Lily terus bicara ini dan itu, tentu saja bicara tentang betapa baiknya dia menolong orang dengan ikhlas dan betapa lemah lembutnya dia dengan gangguan semua orang. Lana yang duduk sendiri saat meminta Ibunya untuk mengambilkan popcorn yang ada di sisi Ibunya tidak diladeni, bahkan saat ponsel Lana berdering sesaat kala Lily tengah bercerita, dia mendapatkan tatapan tajam dari Ayahnya seolah suara berisik Lana mengganggu. Padahal sebenarnya siapa yang sejak awal berisik? Cerita Lily, bukan?

Lana yang acuh abai dengan perilaku tidak adil itu, dia mengambil popcorn sendiri, memutar bola matanya saat Jan menegurnya karena suara ponselnya, dan akhirnya Lana menonton dengan menopang dagunya, mencoba berkonsentrasi dengan film yang diputar.

Eugene dan Nathan? Ah—siapa yang perduli dengan dua manusia kolot yang sibuk dengan film saja.

Diam-diam dilihatnya Lily, makhluk yang terus berceloteh itu sepertinya diam-diam melirik Aria terus. Berharap Aria iri padanya? Berharap Aria risau cemburu dengan orang tuanya yang sangat perhatian dan penyayang pada Lily?

Aria juga melirik Lana, terkadang Aria tidak mengerti dengan Lana. Bagaimana dia bisa tumbuh sekuat ini? Acuh dan tidak perduli. Dia sangat tangguh. Tangguh tapi bodoh.

Aria akhirnya tidak bisa diam, agak menyenangkan bukan membuat Lily menjadi sedikit risih? Mengalami seperti yang Lana alami?

Aria tertawa kecil hingga menarik perhatian semua orang, tawa alami yang natural, terdengar pelan dan ditahan seolah dia tidak mau mengganggu semua orang. Padahal tidak ada adegan lucu di film yang mereka tonton.

Namun sungguh, Aria sebenarnya memang ingin tertawa, teman-temannya memang saling berkirim pesan untuk main tebak-tebakan. Saat malam tiba memang selalu dimulai dengan kehebohan dan obrolan-obrolan tidak penting di grub chat mereka, ada saja yang dibahas.

KINGS: ThemisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang