BAB 26: Menangkap Kelinci.

3.8K 755 557
                                    

PERINGATAN: Pada bab ini mengandung unsur kekerasan, bagi yang tidak nyaman dianjurkan untuk tidak membaca.

****















Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Hah ... hah ... hahh ... hhah ...." Bunyi napas tersengal-sengal memecahkan keheningan udara kosong di kawasan perhutanan di hutan North pada wilayah pinggir kota, hutan yang biasa ramai dikunjungi sebagai tempat wisata dan tempat untuk menghabiskan waktu musim panas atau saat liburan sekolah. Tapi siapa yang akan berkeliaran di hutan ini pada musim seperti ini? Bahkan rusa dan hewan hutan lainnya bersembunyi di dalam sarang mereka untuk menghangatkan diri.

Seorang laki-laki yang tampak berada di usia pertengahan 20-an berlari sekencang yang ia bisa menerobos hutan dengan memaksa, tidak mengindahkan telapak kakinya yang sudah berdarah akibat berlari di hutan tanpa alas kaki dan pakaiannya yang koyak karena menerobos ranting dan semak lebat yang ia lewati.

Dia tertampak seperti lelucon karena memakai pakaian aneh, kostum berwarna putih berekor kecil, itu adalah kostum kelinci yang dipaksakan untuk dipakaikan padanya. Awalnya dia dipakaikan topeng tapi entah kapan topeng itu terlepas dari wajahnya karena larinya yang tergesa-gesa.

Kakinya sepertinya terluka parah, tempurung lututnya agar berputar ke kanan, sepertinya ia habis mengalami cidera, namun ia memaksakan dirinya untuk berlari, setengah terpincang-pincang memaksa untuk berjalan.

Sesekali laki-laki itu menoleh ke belakang, ke kanan dan ke kiri, dengan mata ketakutan, seakan ada hewan buas yang mengejar dan mengintainya, dia tidak tahu berapa lama dia telah berlari, menerobos gelapnya malam yang semakin pekat, cahaya sudah menghilang berganti dengan malam membuat keresahannya kian merayap.

Dia merasa dipermainkan, dia seakan diperlakukan bagai hewan buruan. Beberapa kali ketika ia memperlambat langkahnya karena lelah, suara langkah di belakangnya terdengar, seolah memaksanya untuk terus berlari, tidak memperbolehkan ia istirahat, terus menjadikannya hewan buruan yang hina.

Dengan nekat dilompatinya jurang dangkal seperti lubang besar di depannya, hampir terjatuh ia namun segera ia bangkit lagi. Dia melihat jalanan! Dia berhasil keluar dari hutan dan melihat jalanan di depan sana!

Dia kembali berlari sekuat tenaga menuju jalanan, jalanan yang sepi. Biasanya akan ramai bila di musim panas, namun siapa yang akan lewat di jalanan gelap ini di pertengahan musim dingin apa lagi di wilayah hutan pinggiran kota?

Namun, sepertinya keberuntungan berpihak padanya, mobil Royce putih melaju pelan di jalanan, dengan lampu yang terang benderang di tengahnya kegelapan malam, pengemudinya nampak hati-hati membawa kendaraan, entah takut menabrak rusa hutan yang lewat atau karena malam yang pekat.

Laki-laki malang itu segera melambaikan tangan, berlari menuju mobil, menghadang laju mobil, tak takut bila tertabrak, seolah ada sesuatu yang lebih mengerikan lagi di belakangnya selain tabrakan mobil.

KINGS: ThemisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang