BAB 9: Langkah Pertama

4.5K 800 172
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


****





Dia tidak berfikir akan secepat ini. Sangat tidak sabar hm? Bosan dengan mainan lamamu?

Aria melihat pesan yang dikirimkan oleh Louist Vromme padanya, si Kelinci. Aria tidak perlu penasaran darimana dia mendapatkan nomor Aria, dia adalah Louist, dan dia bisa mendapatkan apa yang dia mau dengan mudah. Para kelinci yang bisa mengendalikan pihak berwajib untuk menutup kasus yang terjadi pada korban-korban mereka, untuk mendapatkan nomor ponsel mainan baru sangat mudah.

Di pesan itu tertulis singkat jika Louist mengajaknya untuk pergi berdua saja pada akhir pekan, dia bilang dia mua membahas suatu tugas yang berkaitan dengan manajemen hukum dengan Aria, dia membuat alasan yang baik untuk itu. Tentu saja Aria tidak mengabaikan pesannya begitu saja, dia sedang mempertimbangkan memilih jawaban yang bagus untuk itu. Toh, karena tanpa dia tolak pertemuan ini tidak terjadi begitu saja dengan mudah ....

Karel yang sedang menyisir rambut Aria memutar bola mata dan mencibir dengan membentuk bibirnya menjadi aneh seakan-akan ia jijik kala ia melihat pesan itu, emosinya berkobar seakan dia tidak tahan untuk melumat habis si pengirim pesan.

Sementara Lucy baru datang setelah dia menyelesaikan kelas sorenya. Dieter dan Azazel datang setelah Lucy tiba, mereka membuka pintu dan duduk di depan Aria, mereka memiliki jam kelas yang sama jadi mereka datang dan pergi bersama.

Ponsel Aria bergetar, bukan panggilan dari Louist, tapi dari yang terkasih, Lily.

"Ya Lily." Aria mengangkat telepon dari Lily.

"Aku dengar kamu pergi ke kelas untuk mengantarkan buku pagi tadi, terimakasih Aria, aku benar-benar membutuhkan buku itu," ucap Lily dari seberang panggilan. Namun tiba-tiba Lily bicara dengan nada takut-takut seolah dia sedang diintimidasi. "Ma-maafkan aku ... aku janji ini terakhir kalinya ... tolong ... tolong jangan kunci pintu rumah ...."

Ya? Aria diam-diam mendengus dan tersenyum geli. Sepertinya ada seseorang di samping Lily sehingga Lily bicara seperti itu, dia bicara seperti itu agar pendengar di samping Lily akan salah paham pada Aria sehingga membuat dugaan jika Aria marah pada Lily dan akan mengunci Lily di luar rumah hingga tidak memperbolehkannya masuk rumah.

Bukankah ini mirip seperti novel ala-ala Cinderella yang dinistakan? Uwu sekali.

"Lily? Kau bicara apa? Kunci rumah? Ada masalah dengan kunci rumah?" Aria sengaja tidak tahu maksud Lily mengatakan itu. Lily selalu menyukai Aria yang berfikiran polos dan tidak pernah berprasangka pada Lily, itu membuat Lily bisa mengerjainya sesuka hatinya dan tidak merasa was-was sama sekali pada Aria.

"A-Aria ... sudah dulu ya ...." Lily mematikan panggilan itu lebih dulu tanpa menjawab pertanyaan Aria, Lily tidak khawatir Aria akan berfikir macam-macam karena Aria yang Lily tahu itu selalu berpikir positif dan tidak pernah mengambil dugaan negatif tentang Lily.

KINGS: ThemisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang