****
"Kenapa kau?" tanya Aria sambil menendang kaki Azazel yang duduk di depannya, diam sambil bermain dengan Lego yang ada di atas meja. Padahal di sisi lain ruangan sudah ada Karel yang berebut tongkat hoki dengan Lucy, Dieter bersemangat merekam perkelahian mereka. Bukankah biasanya kameramennya Azazel dan Dieter? Kini Azazel nampak merana, tidak mau melakukan apa-apa.
Azazel menegakkan tubuhnya, menjawab Aria sambil meletakan Lego kembali ke meja, "hanya memikirkan ini dan itu." Azazel melihat pada Aria agak lama, Aria balas menatapnya, kemudian Azazel menghela napas dan tertunduk seakan merasa tertekan dengan pikiran-pikirannya.
Aria diam beberapa saat, melihat kelesuan Azazel yang dia sembunyikan rapi-rapi. "Kau punya pacar?"
"Apa? Tidak." Jawab Azazel langsung.
"Sikapmu seperti para remaja puber yang sedang mengalami konflik cinta yang mematikan seakan dunia sangat sempit," ucap Aria. "Dari hasil pengamatanku pada para manusia, sikapmu menunjukan gejala kalau kau sedang bingung memilih si A atau si B."
"Apa sudah pernah ada yang bilang padamu kalau melakukan pengamatan dengan perilaku manusia dan menjadikan itu bahan studi seolah itu biasa-biasa saja, itu hal yang tidak wajar? Itu abnormal" tanya Azazel.
"Itu unik Azazel, unik. Dan itu juga menambah wawasan keilmuan." Sangkal Aria.
"Pada bidang apa? Bidang 'pelajari perilaku manusia dan manfaatkan mereka untuk kepentingan diri sendiri', bermanfaat sekali, Aria." Azazel sengaja mengejek.
Aria masih menopang dagunya namun kakinya yang panjang menendang Azazel lagi, "sekarang kau seperti manusia yang mengalami siklus menstruasi hari pertama, tidak biasanya mulutmu punya sederet kalimat untuk diucapkan."
"Tiba-tiba sedang mau saja," kata Azazel lalu tanpa sadar ia malah menghela napas. Dia bersandar pada kursi namun dia menegakan tubuhnya saat dia sadar kalau Aria mengamati perilakunya barusan. Azazel tanpa sadar menunjukan perilaku galau seperti yang Aria ucapkan. Punya teman yang teliti dalam pengamatan pada sikap tubuh manusia sangat merepotkan, Azazel jadi tidak bisa menyembunyikan apa-apa darinya.
Aria mengangguk-angguk seolah dia berhasil mendapatkan hasil dari pengamatannya. "Coba aku tebak, kau—"
"Tidak, aku tidak hamil. Itu mustahil," Azazel memotong duluan tebakan Aria dengan cekatan.
"Aku tidak bilang kalau kau hamil, kau,kan laki-laki. Tentu saja itu mustahil," Aria memutar bola matanya.
"Jangan menyangkal, kau tahu itu mustahil tapi aku tahu itu yang kau pikirkan di benakmu," kata Azazel.
"Tidak—"
"Aku masih ingat dua minggu lalu kau menuduh Dieter hamil karena dia mual saat memakan sarden ikan yang biasanya dia konsumsi," Azazel kembali memotong kalimat Aria dan memberikan argumen kuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KINGS: Themis
FantasyDia Aria Ashe Van Amstel. Anak kandung dari keluarga Van Amstel yang tidak diakui keluarganya karena mereka lebih mencintai anak adopsi mereka, dia hidup dalam penindasan orang tua dan saudari tirinya yang berpura-pura lemah dan baik. Dia tidak berd...