#3

1.2K 50 1
                                    

SELAMAT MEMBACA

- - - - -

"Bang ?" panggil Starla lesu. Dika hanya berdehem singkat menyahuti adiknya itu. "Abang pernah pacaran gak ?" satu kalimat tanya yang mampu membuat dirinya memutar tubuh dan berhadapan dengan adik kesayangannya itu.

"Jangan bilang kamu pacaran ?" tebak Dika tepat sasaran. Starla mengangguk lemas. Ia sudah tak bisa mengelak karena memang benar itu adanya. Dika menggeleng pasrah dan kembali pada kegiatan sebelumnya.

"Terus bunda tau ?" tanya Dika tanpa menatap Starla.

"Tadi bunda telfon tanyain abang. Terus Ara bilang lagi gak sama abang tapi Ara bilang lagi sama pacar Ara abis itu bunda ngadu ke ayah. Gimana nih bang ?" cerita Starla panjang lebar. 

"HAH ?!" Dika memekik keras. Tak percaya dengan ucapan adiknya. "Kamu bilang ke bunda kalo kamu pacaran ?" Starla mengangguk, membenarkan ucapan kakaknya. "Pinter banget Ra, serius"

Hening. Tak ada yang membuka suara satu sama lain. "Sekarang gimana ?" sekali lagi Starla bertanya.

"Bunda ada suruh apa gitu kamu"

"Disuruh putus"

"Yaudah putusin"

"IH CERITA SAMA ABANG GAK DAPET JALAN KELUAR !! ARA GAK MAU PUTUS BANG !! BARU JUGA JADIAN BELUM SEHARI MALAH !!" teriak Starla. Ia berlari menuju tangga. Air mata yang sedari ia tahan akhirnya luruh juga. Menutup pintu kamarnya dengan kencang lalu membanting tubuhnya ke atas kasur.

Starla menangis tersedu-sedu. Setengah jam berlalu akhirnya tangis Starla reda. Terdengar pintu yang di buka secara perlahan. Itu pasti kakaknya. 

"Kenapa ?" tanya Starla ketus tanpa menatap orang yang ia ajak bicara.

"Boleh masuk ?" Starla mengangguk. Dika pun melangkah masuk ke dalam kamar dengan nuansa pink itu. "Nih dengerin abang" Dika mulai membuka suara. Tidak bertele-tele karena Dika langsung menuju inti.

"Walaupun kalian baru pacaran sehari--"

"Belum" koreksi Starla memotong ucapan kakaknya.

"Iya belum dah terserah. Tapi yang namanya pacaran itu salah Ra, dan gimana pun ucapan bunda yang memang harus kamu ikutin. Mungkin kamu belum siap sekarang buat mutusin pacar kamu, tapi abang minta, suatu saat kamu putusin pacar kamu ya ?" Dika menjelaskan dengan lembut dan penuh pengertian. Tak ada nada tinggi di dalamnya.

"Tapi Ara sayang sama Rafa bang" rengek Starla kembali terisak. Dika merengkuh tubuh mungil milik adiknya itu. Membiarkan baju hitamnya basah karena tangis Starla.

"Apa dia sayang sama kamu ?" Starla mengangguk dalam dekapannya. "Tapi Ra, sesayang-sayangnya dia sama kamu, gak akan lebih dari sayangnya ayah, bunda, abang, dan suami kamu nanti. Lagian, laki-laki sejati itu gak ngasih wanitanya tiket ke neraka, tapi dia akan memperlakukan wanitanya layaknya ratu di hidupnya dia dan memberi wanitanya itu tiket ke surga. Sekarang abang tanya sama Ara, Ara mau di ajak ke neraka ? Bukan cuman Ara loh, tapi ayah, bunda, sama abang juga ikut ke seret ke neraka. Abang sih ogah ya" tutur Dika sekali lagi. 

"Gitu ya bang ?" tanya Starla lugu. Dika mengangguk seraya menunjukkan senyum hangatnya. "Tapi Ara belum bisa mutusin Rafa sekarang bang" Dika kembali tersenyum hangat. Selalu begitu jika menghadapi Starla. Dirinya tidak bisa marah apalagi bertindak kasar.

"Abang gak minta Ara mutusin pacar Ara sekarang kok, tapi abang minta Ara janji sama abang kalo suatu saat Ara bakal mutusin pacar Ara dan gak akan pacaran lagi" ucap Dika penuh penekanan namun masih tetap lembut.

assalamualaikum mas pilot! [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang