SELAMAT MEMBACA
- - - - -
Sepulang dari tempat makan, mereka sempatkan untuk mampir ke dokter kandungan sebelum pulang. Hanya untuk sekedar bertanya apakah Starla boleh melakukan perjalanan jauh. Namun, harapan pasutri itu untuk pergi ke Lombok harus pupus karena dokter tidak mengizinkan Starla untuk bepergian jauh.
"Jangan sedih ya Ale, saya janji deh, nanti kita jalan-jalan bertiga ke Lombok," bujuk Fajar menghibur Starla yang tengah bersedih.
"Janji ya ?"
"Iyaa."
"Sekarang kamu istirahat dulu oke, kata dokter bumil gak boleh capek," Fajar menuntun istrinya menuju kamar.
"Tapi kan itu rumah belom diberesin," elak Starla mencoba menahan tubuhnya.
"Udah gak papa, nanti saya panggil tukang bersih-bersih aja. Saya gak mau sayangnya saya, cantiknya saya, pahlawan saya kecapekan."
"Ih sayang uang, lagian Ara masih sanggup ngerjainnya kok."
"Uang bisa dicari, udah ya, nurut," Starla pun pasrah dan berujung mengikuti kemauan Fajar.
Keduanya berbaring dengan posisi Fajar yang mendekap erat tubuh mungil Starla. Starla yang merasa nyaman pun akhirnya terlelap.
.
.
.
"Paket."
ting nong ting nong
Suara bel rumah berbunyi menandakan ada seseorang yang hendak bertamu. Starla bangkit hendak membukakan pintu untuk orang tersebut, namun langkahnya terhenti saat lengannya ditahan oleh Fajar. Dia mengode agar dirinya saja yang membukakan pintu untuk orang itu.
Fajar pun bangkit dan melihat kurir paket makanan yang datang sambil membawa seplastik berisi minuman cup.
"Ini mas, ada paket," ucap kurir tersebut.
"Tapi saya gak pesen paket mas," balad Fajar. "Apa istri saya ya ? Sebentar mas biar saya tanya dulu," Fajar melengos pergi menghampiri Starla tanpa menunggu persetujuan dari sang kurir.
"Ale kamu pesen minum ?" Starla menggeleng. Fajar segera menghampiri kurir itu lagi.
"Salah alamat mungkin mas."
"Tapi bener ko."
"Duh, gimana ya mas ? Ada nama pengirimnya gak ? "
"Disini dari T. Priu. Ini sudah dibayar ko mas sama dia. Kalo mas ga mau buat foto bukti aja kalo minumannya udah sampe, nanti mau mas apain juga terserah mas nya aja," kurir itu memaksa Fajar agar menerima paket dari orang yang tidak ia kenal.
Fajar pun pasrah dan memilih mengalah. Setelah foto, ia menyerahkan minuman itu kembali kepada kurir.
"Buat saya mas ?"
"Iya."
"Yaudah, makasih ya mas," Fajar hanya tersenyum. Kurir itu pun pergi dengan sepeda motornya.
Fajar kembali masuk. Memeluk Starla dengan manja yang sedang rebahan di atas kasur.
"Tadi siapa mas ?" tanya Starla penasaran.
"Paket."
"Mas pesen apa ? Terus barangnya mana ?"
"Bukan paket saya, sayang. Kayaknya salah alamat, tapi waktu saya cek bener sih alamat rumah kita, mungkin pengirimnya salah nulis kali ya."
"Isinya emang apa mas ?"
"Minuman."
Setelahnya tidak ada lagi percakapan diantara keduanya. Hanya ada suara tv yang tengah menonton mereka melakukan adegan mesra.
.
.
.
"Huek... huek..." Starla kembali mengeluarkan isi perutnya. Padahal dirinya tengah menyiapkan makan malam untuk Fajar.
Fajar yang mendengar suara Starla, dengan tergopoh-gopoh datang menghampirinya. Menekan tengkuk leher Starla supaya merasa enakan.
"Duh, kan udah saya bilang. Kamu jangan kecapekan, saya gak mau kamu kenapa-napa," ujar Fajar dengan nada khawatir yang tersirat. Sambil terus menekan tengkuk leher Starla.
"Tapi mas Fajar belum makan malem, Ara mau bikin makanan buat mas Fajar," elak Starla.
"Saya bisa delivery."
Starla memanyunkan bibirnya, sebal. "Kenapa ? Masakan Ara gak enak ya ?"
"Saya gak mau kamu capek Ale, nurut ya sayang. Sekarang kita siap-siap buat sholat isya, nanti kita pesen makan dari luar. Oke ?"
Starla mengangguk samar. Setelah dirasa perbincangan ringan ini selesai, Fajar menggiring Starla keluar dari kamar mandi. Menuntunnya menuju kamar untuk bersiap melaksanakan ibadah.
Suara Adzan dari toa masjid dekat rumah mereka sudah berkumandang, Fajar segera menunaikan sholat sunnah qabliyah isya sembari menunggu Starla berwudhu.
Setelah menunggu selama 10 menit, Fajar menggemakan takbirnya dan disusul dengan lantunan surah Al Fatihah dan surah pendek lainnya.
Keduanya menunaikan ibadahnya dengan khusyuk. Pikiran dan hatinya ditujukan hanya untuk Sang Pencipta.
Starla menyalami tangan Fajar. Meletakkannya dikening dan menciumnya lama. Tak tinggal diam, Fajar meletakkan tangannya yang lain diatas kepala Starla dan mendoakannya.
Keduanya tersenyum satu sama lain. Tidak mengira bahwa mereka akan sampai dititik ini. Menjadi dua manusia yang terikat dan jatuh cinta satu sama lain.
Karena gemas melihat wajah istri mungilnya, Fajar pun mendekat dan memeluk Starla erat. Sesekali menciumi wajahnya.
"Sekarang sholatnya masih berdua, bentar lagi bertiga. Gak sabar deh saya," ucap Fajar bahagia.
Krrrkk... kkrrkk...
Bunyi suara perut yang minta diisi turut menyertai kebahagiaan mereka berdua. Starla nyengir. "Laper."
Sesuai janji, Fajar pun segera memesan makanan. Memesan apa saja yang Starla inginkan. Ia tidak mau istrinya maupun bayinya itu kelaparan.
.
.
.
SEKIAN TERIMA GAJI
Ada yg nungguin cerita ini ga sihh? Acungkan jari kalian dong maniess aku pengen tauu
KAMU SEDANG MEMBACA
assalamualaikum mas pilot! [ON GOING]
Novela JuvenilFOLLOW SEBELUM BACA "Om bisakan nolak perjodohan ini ? Aku masih sekolah om" "Bisa--" Fajar menggantungkan ucapannya "Bisa nerima" lanjutnya lalu menyeringai - - - - - Starla Alena Az-Zahra. Gadis lembut yang selalu ceria ini harus di hadapkan oleh...