#31

670 30 0
                                    

SELAMAT MEMBACA

- - - - -

"Udah marahnya ?"

Dika sedikit tercengang karena Fajar hanya membalasnya dengan tenang. Dika sedikit kecewa karena Fajar tidak menghawatirkan adiknya sedikitpun.

"Ko lo gak marah sih ?" desis Dika tertahan. Keningnya berkerut meminta penjelasan lebih lanjut.

"Masuk dulu bang" Dika kembali di kejutkan dengan panggilan dari Fajar. Fajar yang notabenenya lebih tua dari dirinya memanggilnya abang.

"Abang ?" gumam Dika bertanya pada dirinya sendiri.

"Kan lo kakak ipar gue" Fajar berjalan masuk membawa Starla. Tangannya masih senantiasa mengelus punggungnya.

Dika mengikuti langkah Fajar memasuki rumah tersebut. Duduk di sofa ruang tamu yang sudah di sediakan.

"Ko lo gak marah ?" ulang Dika. Mendesak Fajar agar menjelaskan pemikirannya.

"Gue udah tau Ara jalan sama cowok itu" ujar Fajar membuat Dika terkejut. Fajar sudah tau tapi Fajar tidak mencegahnya.

"Terus kenapa--"

"Dengerin gue dulu. Pernikahan kita itu masih di rahasiain. Ara yang mau. Gue hargai keputusan Ara. Gue pikir karna Ara juga masih sekolah dan kalo pernikahan ini keumbar, Ara bisa di cap jelek sama temen-temen sekolahnya"

"Lo gak marah Ara jalan sama cowok lain ?"

"Mau marah juga gak bisa. Gue sayang banget sama Ara. Tadi waktu gue mau jemput Ara, di sana ada cowoknya. Gak mungkin kan gue bilang 'Ara istri saya, kamu gak berhak bawa Ara'. Nanti yang ada cowok itu malah mikir yang aneh-aneh. Gue biarin aja Ara pergi sama cowok itu. Gue yakin Ara bisa jaga hati buat gue" ucap Fajar penuh keyakinan.

"Kalian nikah karna di jodohin. Gak mungkin Ara bisa suka sama lo gitu aja. Gue tau banget Ara orangnya susah buka hati" desis Dika agak menohok. Menyindir Fajar agar tak terlalu percaya diri.

"Yakin gak yakin. Tapi gue harus yakin. Masa masalah cinta aja gue gak percaya, gimana sama masalah lain. Yang ada pernikahan ini langsung ambyar"

"Terus kalo Ara jalan lagi sama cowok lain gimana ? Apa lo bakal kayak gini terus ?"

"Gue yakin cinta itu datang karena terbiasa. Dan gue yakin suatu saat pasti Ara bakal jatuh sama gue. Dan di saat Ara udah jatuh, Ara gak akan lakuin hal kayak gitu lagi"

Starla memandang wajah Fajar dari bawah dengan tak enak hati. Harusnya ia bersyukur bisa di satukan dengan laki-laki sesabar Fajar. Harusnya ia tak berpaling karena sudah di pertemukan oleh laki-laki sebaik suaminya.

"Lo sabar banget Jar" ujar Dika mengapresiasi kesabaran Fajar.

"Emang harus gitu kan. Umur Ara jauh di bawah gue, di sini gue harus bisa multi peran. Jadi suami, kakak, ayah, temen sama sahabat buat Ara"

"Ya udah gue balik dulu" pamit Dika bangkit dari duduknya.

"Lah langsungan nih. Main dulu lah"

"Masih banyak kerjaan di kampus sama di kantor"

"Ngantor lo sekarang ?"

"Latihan turun lapangan"

"Sukses terus dah buat lo"

"Jagain Ara nya gue ya bro" pinta Dika.

"Sebelum lo minta gue udah pasti bakal jagain Ara. Sekarang Ara tanggung jawab gue. Dan satu lagi, sekarang Ara nya Fajar, bukan Ara nya Dika. Inget"

assalamualaikum mas pilot! [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang