#58

404 19 1
                                    

SELAMAT MEMBACA

- - - - -

Pagi harinya, Starla hanya bersantai. Setelah Ujian Nasional alias UN selesai dilaksanakan, seluruh murid kelas dua belas diliburkan. Untuk menjernihkan pikiran kembali. Sebelum nantinya bersiap menghadapi hasil yang akan dikeluarkan minggu depan.

Pagi ini Starla sudah cantik dengan balutan kerudung putih dengan dress hitam yang dipadukan dengan lengan putih. Tak lupa juga jam kesayangannya. Juga Fajar yang sudah siap dengan setelan serupa.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ale, udah siap belum ?" panggil Fajar sembari melipat lengan kemejanya menjadi sebatas siku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ale, udah siap belum ?" panggil Fajar sembari melipat lengan kemejanya menjadi sebatas siku.

"Bentar mas, bentar lagi."

"Dari tadi juga bentar mulu Ale, tapi lama banget. Udah hampir satu jam ini," gumam Fajar. Lelah menunggu istrinya berdandan.

Berhubung hari ini Starla tidak sekolah alias sudah diliburkan, Fajar berencana mengajak istrinya ke destinasi terdekat lalu mengontrol kandungan Starla. Pantai, menjadi destinasi wisata yang dipilih oleh Fajar.

Starla keluar dari rumah dengan senyum menawannya yang mengembang. Sontak, Fajar terpana dengan kecantikan istrinya. Untuk beberapa saat Fajar menatap Starla lekat tanpa berkedip. Starla bingung, apa ada yang salah dengan dirinya sampai Fajar menatapnya seperti itu ?

"Kenapa mas ? Ada yang salah sama Ara ? Outfit Ara aneh ya ? Apa Ara ganti baju aja ? Mas Fajar yang pilihin deh. Bentar ya mas, Ara ganti baju lagi dulu," Starla baru saja hendak melangkahkan kakinya untuk kembali memasuki rumahnya. Berniat mengganti bajunya. 

Namun, langkahnya harus terhenti karena Fajar menahan pergelangan tangannya. "Kenapa mas ? Ara mau ganti baju dulu, takut dikira gembel sama orang-orang. Masa cowoknya cakep, rapi, keren bawa cewek yang penampilannya kayak gembel, kan gak mungkin. Nanti yang ada Ara malu-maluin mas Fajar."

"Boleh gak sih kita cancel aja, diundur gitu ?" Fajar balik bertanya. Bola matanya masih lekat menatap kacantikan Starla yang kini tampak bingung mencerna perkataannya. 

"Mas Fajar udah gak mood buat jalan-jalan ya ? Maaf ya mas, Ara lelet banget."

"Kamu cantik banget Alee, saya gak mau berbagi kecantikan kamu sama orang lain. Kelon aja yuk sayang," Fajar berbalik badan dan menggeret pelan lengan Starla. 

"Enak aja. Enggak sekarang, kan rencananya balik dari pantai kita mau cek baby."

"Iya besok aja ya cek nya. Kamu cantik banget soalnya. Saya mau berdua aja sama kamu dikamar," rengek Fajar. Tapi Starla kekeuh dengan pendiriannya dan balik menggeret Fajar mendekati mobil yang sudah disiapkan. 

"Ayo ah, Ara bosen banget tau di rumah. Ayo mas, pergi yuu," Starla menggoyangkan lengan Fajar yang kini tengah tersenyum jahil ke arahnya. 

"Iya sayang, yuk," Fajar membukakan pintu penumpang bagian depan untuk Starla lalu berlari mengitari mobilnya masuk dan duduk disebelah Starla. Keduanya pun pergi meninggalkan tempat tinggal mereka.

.

.

.

Starla turun dari mobil dan menghirup dalam wangi pantai yang menenangkan. Hari ini, tampaknya paitai yang tengah mereka kunjungi cukup sepi. Hanya ada sedikit orang yang juga sedang menikmati masa berliburnya. Fajar menghampiri Starla setelah memarkirkan mobilnya. 

"Tapi Ara pake sepatu loh mas, masa mau jebur-jeburan."

"Nggak. Siapa bilang kamu boleh main air, jangan. Nanti kamu capek, mending kita duduk dipinggir aja ya, liat ombak sambil minum air kelapa. Oke sayang ?" ujar Fajar sambil tersenyum. Walaupun berat, Starla tetap mengangguk, meng-iya-kan perkataan Fajar.

Keduanya duduk diatas gazebo yang sudah tersedia. Fajar memesan dua air kelapa dan sepiring besar salad buah. Sekali lagi Fajar memfokuskan pandangannya pada Starla. 

"Saya bersyukur banget bisa dipertemuin sama kamu. Lucu, cantik, baik, nurut, pinter, pokoknya gak ada lagi deh yang kayak kamu. Kalo boleh ya Ale, saya pengen ketemu sama kamu dari sebelum kamu lahir aja deh. Dan, kenapa saya lebih dulu dipertemuin sama Dika ya daripada kamu ? Padahal saya jadi jodoh adiknya. Kamu jangan pernah berubah ya Ale. Jangan pergi ninggalin saya. Kita besarin anak kita bareng-bareng ya."

Mendengar perkataan Fajar, tanpa sadar Starla menitikkan air matanya. Entah mengapa, akhir-akhir ini Starla sangat gampang menangis. Mungkin memang sedang dalam kondisi hamil yang mengakibatkan hormonnya yang tidak stabil. 

"Eh, ko nangis ? Saya ada bikin salah ya ? Maaf Ale," air muka Fajar berubah panik dan berpindah posisi menjadi disebelah Starla dan mendekapnya hangat. Mengecup beberapa kali pucuk kepala istrinya itu. Bukannya berhenti menangis, Starla justru semakin mengeluarkan suaranya. Mencoba bicara namun selalu terbata-bata karena sesegukan. 

"Cup.. cup.. saya harus ngapain biar kamu gak nangis ?"

"Kayang teng.. hiks ngah la.. hiks ut," Fajar melotot mendengar permintaan Starla. Bukannya tidak mau, tapi dia sendiri juga kan gak bawa baju ganti. Gak lucu kalo pergi pake baju basah kuyup. 

"Mas Fajar gak mau ?" nada suara Starla tiba-tiba berubah. Setengah kesal. Ia juga menjauhkan dirinya dari dekapan suaminya. 

"Nggak sayang, bukannya saya gak mau, tapi masa di tengah laut. Nanti kalo baju saya basah gimana ? Saya kan gak bawa baju, di rumah aja ya. Saya kayang di bathtub deh."

"Alesan, tuh toko baju banyak. Sono beli dulu baju buat kayang, nanti kalo udah ganti baju ini lagi biar samaan sama Ara."

"Iya sayang oke, tapi kamu disini aja ya liatnya," Starla mengangguk dengan senang menandakan bahwa dirinya sangat setuju. 

Dengan sedikit berat hati, Fajar berjalan menyusuri berbagai toko yang menjual pernak-pernik khas pesisir, termasuk setelan baju dengan motif pantai yang berwarna merah kejinggaan. Fajar memilih satu baju diantara yang lain dan berganti di tempat itu juga. 

Tidak langsung melakukan aksinya, Fajar kembali ke gazebo tempat Starla berada dan menaruh sepatunya sambil menatap Starla dengan wajah melasnya berharap Starla membatalkan keinginannya. Namun hasilnya nihil. 

Fajar berjalan menuju laut tanpa alas kaki. Butiran pasir lembut menyapa kakinya yang putih. Sebelum melancarkan aksinya, Fajar sempatkan kembali menatap Starla yang kini sudah sangat siap melihat pertunjukan yang akan menggelitik perut dengan kamera di tangannya. Memandang sekeliling, ada beberapa pasang mata yang mulai memperhatikannya juga.

Fajar menghela napasnya berat dan tiba-tiba menjatuhkan tubuhnya ke dalam air yang sontak menarik perhatian pengunjung pada hari itu. Demi apapun, rasanya ia sangat ingin menghilang saja. Fajar mulai menaikkan tubuhnya membentuk posisi kayang. Sambil menutup matanya ia menahan malu. 

"Ibu, bapak itu kenapa ?" celetuk seorang anak kecil kisaran tujuh tahun. Terlihat melongo melihat kelakuan absurd Fajar. 

"Gak tau, ODGJ kali, kamu jangan lihat ya, nak," hancur sudah reputasi Fajar sebagai seorang pilot berwibawa yang selama ini ia bangun.

"Ih serem," keduanya pun pergi meninggalkan Fajar yang masih melakukan aksinya. 

.

.

.

Hai hai haiiii

Aku lagi pts hehe...Kehabisan ide juga ini mau diapain, pengen cepet-cepet end :(

Jangan lupa bintangnya

assalamualaikum mas pilot! [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang