#56

441 21 0
                                    

SELAMAT MEMBACA

- - - - -

Suara ricuh terdengar tiada henti sepanjang hari. Orang-orang silih berganti, keluar-masuk lobi bandara. Membawa koper bawaan mereka. Berisi baju dan juga barang yang lainnya.

Seorang wanita berbadan dua duduk asyik memandang kawanan manusia yang tengah sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Berpelukan, melepas rindu dengan orang kesayangan setelah terpisah cukup lama. Berbincang ria, menceritakan apa saja yang ada dibenaknya.

Starla. Seorang anak SMA yang sebentar lagi segera mendapatkan status sebagai ibu muda. Duduk termenung menunggu ayah si calon buah hati.

Sambil menyantap makanan yang tersedia di restoran bandara itu, ia terus memperhatikan room chat nya dengan Fajar. Harap-harap cemas menanti satu pesan muncul dari sana.

Satu tangan lentik menepuk pundaknya. Sontak, Starla terkejut dan seketika menoleh. Seorang wanita cantik dengan balutan seragam pramugari khas maskapai suaminya.

Putri. Ya, pramugari juga perempuan yang menyukai Fajar. Starla memutar bola matanya malas dan mengacuhkannya. Tidak peduli dengan kehadiran Putri.

"Starla ya ?" tanya Putri sok basa-basi. Sekali lagi Starla menoleh--kali ini dengan malas.

"Kenapa ?" balas Starla. Ingin segera obrolan tak penting ini cepat selesai. Bicara dengan Putri membuat mood nya menurun drastis.

"Saya mau ngomong, boleh ?" sekali lagi Putri basa-basi. Dan sekali lagi juga Starla memutar bola matanya.

"Ngomong aja kali," jawabannya jutek.  Ia tidak akan pernah ramah kepada Putri sampai kapanpun.

"Soal suami kamu."

"Ya terus ?"

"Kemarin saya sudah bilang sama suami kamu, kalau saya gak apa jadi yang kedua buat dia. Lagian saya yakin ko, kalo suami kamu masih cinta sama saya," ujar Putri penuh percaya diri.

"Kalo masih cinta mah, mas Fajar juga bakal nolak perjodohan saya sama dia mbak. Jangan kepedean deh, gak baik. Nanti jadi malu sendiri," tutup Starla cepat. Segera berlalu dari sana.

Berlari ke arah seorang laki-laki berseragam yang tengah menarik koper bawaannya. Tangannya yang lain juga menjinjing belanjaan yang telah ia beli di negara orang. Buah tangan untuk istri tercintanya.

Memeluk tubuh kekar dengan harum khas yang tak bisa dideskripsikan. Tersenyum lebar ke arahnya.

"Mas, ke mbak Putri yuk," ucap Starla. Berniat memanas-manasi si pelakor itu.

Kening Fajar berkerut. Bingung dengan apa yang telah terjadi. Tapi tanpa banyak kata, Fajar mengiyakan ajakan Starla. Mengikuti langkah istri kecilnya.

"Mbak Putri, saya sama mas Fajar pulang dulu ya. Semangat nugasnya," ejek Starla lalu menyeringai.

"Saya gak butuh semangat dari kamu," Putri terdiam sejenak. Kemudian matanya beralih menatap objek yang ada di sebelah Starla.

"Bagaimana perjalanannya capt ?" tanya Putri sok ramah.

Melihat kejengkelan di raut istri kecilnya, Fajar pun peka. Ia tak menanggapi lebih apa yang dikatakan oleh Putri. "Baik."

Setelahnya, pasangan itu berlalu meninggalkan Putri dengan kekesalannya. Berjalan dengan menghentak-hentakkan kaki. Bersiap untuk penerbangan selanjutnya.

Dirinya dan Fajar tengah ditugaskan berbeda shift, jadi Putri tidak bisa caper sama suami orang. Berulang kali membuang nafas kasar untuk meredam kekesalannya.

.

.

.

Kendaraan beroda empat itu mulai bergerak maju. Meninggalkan kesibukan yang terjadi di bandara.

Dua insan yang tengah dimabuk cinta itu kali ini hanya berdiaman. Sesekali Fajar menoleh tak fokus karena keterdiaman istrinya.

Mungkin dulu, diamnya Starla bukan masalah besar karena wanita itu memang sangat cuek dengannya. Tapi untuk sekarang ? Pasti ada yang salah dengan apa yang telah dirinya perbuat.

"Hey, kamu kenapa ? Saya pulang kok cemberut gitu ? Senyum dong," rayu Fajar berusaha membuat mood Starla menjadi baik.

"Gak papa," balas Starla malas. Menolehkan kepalanya ke arah luar jendela. Menunjukkan raut wajah merajuk.

"Oh iya, gimana sama ujiannya kemarin ? Bisa ngerjainnya gak ? Pasti bisa dong, istri saya kan pinter," Fajar masih berusaha mencairkan suasana yang tiba-tiba terasa dingin.

"Gak usah sokap," Fajar menelan salivanya dengan susah payah. Ini mah fiks, udah bikin kesalahan.

"Saya ada salah ya ? Maaf. Tapi saya gak tau letak kesalahan saya dimana Ale."

"Pikir sendiri," ketus Starla. Ia semakin sering membuang kasar nafasnya.

"Kan saya gak tau Ale, salah saya dimana. Makanya saya tanya sama kamu," kata Fajar selembut mungkin. Mencoba untuk tidak menambah kesalahannya.

"Kan udah Ara bilang, pikir sendiri. Masih nanya aja. Punya kuping gak sih ?" kata Starla kasar. Dirinya sudah sangat jengkel. Bukannya berusaha untuk tidak menambah masalah, malah semakin membuatnya kesal.

"Pake sok ramah lagi sama cewek kecentilan itu," gerutu Starla lirih yang masih didengar oleh Fajar. Fajar tersenyum tipis. Ternyata sedang cemburu.

"Oh jadi lagi cemburu nih ?" goda Fajar. Bukan lagi merasa takut melainkan sangat gemas dengan tingkah laku Starla saat sedang cemburu.

"Gak. Siapa juga yang lagi cemburu. Mas Fajar kali lagi cemburu sama pramugari cantik," kata Starla sedikit nyolot dan menekan dua kata terakhir.

"Emang siapa yang sok ramah sama Putri ?" pancing Fajar. Ia ingin sekali membuat kesal istrinya. Lucu.

"Ya mas Fajar lah. Pake tanya lagi. Udah tau ada istrinya disono, tetep weh di ramah-ramahin. Aturan mah udah tau bawa bini, judes kek, gak suka kek, seenggaknya kalo mas Fajar gak bener-bener gak suka sama mbak Putri ya pura-pura dong. Gak peka banget," sewot Starla menggebu-gebu. Terlampau jengkel dengan kelakuan suaminya itu.

"Kan saya udah minta maaf."

"Bodo."

"Terus sekarang kamu mau apa ? Biasanya kalo lagi badmood gini, artinya kamu lagi laper. Yuk makan," Fajar membanting setir, memutar arah. Mencari rumah makan kesukaan istrinya.

"Apaan sih ?! Ara udah makan tau. Pulang aja deh. Gak usah sok rayu-rayu Ara. Gak bakal mempan," kesalnya. Ia bahkan sudah meninggikan nada suaranya.

"Saya laper, pengen makan diluar," balas Fajar singkat. Sesekali tertawa kecil melihat ekspresi Starla.

"Oh jadi gak mau makan masakan Ara lagi ? Iya ?! Ara masaknya gak enak ya ? Atau sekarang mas Fajar sukanya masakan mbak Putri ? Kurang ajar !!"

"Astaghfirullah. Starla cantik, istriku, kekasihku, solehah. Gak baik ngomong kayak gitu. Saya suka sama masakan kamu. Masakan kamu itu makanan paling enak yang pernah saya makan. Saya cuman lagi gak mau bikin kamu capek sayang. Lagian kan, trimester pertama harus banyak-banyak istirahat. Gak boleh capek, gak boleh banyak pikiran. Nanti kalo dedeknya kenapa-napa gimana ? Ya sayang," ucap Fajar selembut mungkin. Menasehati istrinya yang sedikit bar-bar.

Starla tertegun dengan ucapan Fajar. Entah mantra apa yang telah Fajar ucapkan, namun seketika hatinya menghangat. Tersenyum simpul.

"Gitu dong, senyum. Kan jadi tambah cantik," ujar Fajar masih menggoda Starla. "Sekarang makan diluar dulu ya cantik ?" Starla mengangguk dengan ekspresi yang masih sok jutek. Padahal mah dalem hati juga lagi konser pake lagu jedag-jedug.

.

.

.

SEKIAN TERIMA GAJI

assalamualaikum mas pilot! [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang