#18

803 33 1
                                    

SELAMAT MEMBACA

 - - - - -

Matahari tengah memancarkan sinar terangnya tepat di atas kepala. Keduanya baru saja melaksanakan kewajibannya. Dengan Fajar sebagai imam. 

Setelah salam, Starla mencium punggung tangan Fajar. Fajar heran, tidak biasanya Starla seperti ini. Tapi dia sangat bersyukur.

"Ko kamu tiba-tiba salim Ra sama saya ?" tanya Fajar curiga. Takut-takut kalau Starla ada maunya.

"Ara liat adegan gitu di film. Setiap abis sholat istrinya salim ke suaminya" jelas Starla yang membuat Fajar sedikit kecewa. 

Fajar bangkit dan mengeluarkan salah satu koper miliknya. Besok, ia harus pergi bertugas. Meninggalkan Starla sendirian dalam rumahnya. Sejujurnya ia tak ingin meninggalkan gadis kesayangannya itu, tapi ia bisa apa jika pekerjaan sudah memanggil ?

Starla yang sedari tadi rebahan di atas sajadah terus memperhatikan gerak-gerik Fajar. Mau apa laki-laki itu mengeluarkan koper ? Starla lupa bahwa suaminya itu ada panggilan pekerjaan. 

"Om mau apa ?" tanya Starla heran. Ia terus menatap Fajar dengan intens. 

"Kamu lupa ? Saya kan ada panggilan kerja ke Malaysia"

"Yah" lirih Starla kecewa. Ia tidak mau di tinggal sendiri. "Harus banget ?"

"Kenapa ? Gak mau saya tinggal ?" goda Fajar dengan kekehan menyebalkannya. Starla memutar bola matanya malas. Fajar mulai kepedean. 

"Ya enggak. Tapi emang harus banget ke Malaysia ? Jauh banget loh"

"Saya udah pernah sampe Thailand" sombong Fajar. Starla bangkit mendekati Fajar yang sedang memasukkan beberapa baju ke dalam koper. Membantunya menata baju tersebut. 

"Emang om kerja apasih ? Kata abang, om Fajar itu supir. Tapi supir apa coba yang sampe ke luar negri" ucap Starla polos. Ingat betul abangnya itu bilang bahwa Fajar hanya seorang supir. 

"Abang bilang gitu ?" Starla mengangguk mantap. Membenarkan perkataan Fajar. 

"Iya saya supir. Tapi bukan supir mobil, bus, apalagi truk. Tapi saya supir pesawat" ujar Fajar mengoreksi ucapan Dika hari itu.

"Oh supir pesawat" Starla masih tak sadar dengan ucapannya. Ia masih santai membantu Fajar memasukkan bajunya ke dalam koper.

"Loh ko ada baju pilot sih ?" tanya Starla heran. Menemukan baju pilot dalam tumpukan baju Fajar di lemarinya. Apanih ?

"Iya itu seragam saya" ucap Fajar menjawab Starla. 

"Lah kan om supir pesa-- EH IYA, SUPIR PESAWAT KAN PILOT. LAH, OM FAJAR PILOT ?!" pekik Starla saat menyadari adanya kejanggalan yang tengah berlangsung. 

"Dih kan saya udah bilang, saya supir pesawat. Kamunya gak konek-konek" Fajar menyentil dahi Starla pelan. Istrinya itu benar-benar lola. 

"Pantes waktu Ara bilang 'Ara mau beli semua makanan, mau buat om Fajar bangkrut terus cerai-in Ara' abang balesnya 'abisin aja, sekalian beli pabriknya juga gak bakal bangkrut'. Ternyata oh ternyata, anda seorang pilot" gumam Starla dengan decak kagum.

"Gaji pilot berapa sih om ?" Starla bertanya kembali. Banyak tanya ye lu lama-lama.

"Cari di google" Fajar tak mengatakannya langsung. Starla segera mengambil ponselnya yang ia letakkan di atas nakas sebelum sholat tadi. 

"Oke gugel, berapa gaji pilot ?"

"Seorang penerbang pesawat alias pilot bisa memiliki penghasilan yang cukup tinggi. Pilot berpengalaman (captain) bisa memperoleh gaji sebesar tujuh puluj juta per bulan. Gaji ini di luar pendapatan saat terbang. Mereka bisa dapat US$ tujuh ribu (sekitar tujuh puluh juta) per bulan"

assalamualaikum mas pilot! [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang