2330 words
HAPPY READING~
Hari Senin, hari pelaksanaan upacara pengibaran bendera di sekolah. Upacara Senin ini berjalan dengan lancar. Seperti biasa, orang yang telat datang dan tidak mengikuti upacara pengibaran bendera akan di hukum membersihkan halaman sekolah.
Suasana kelas terasa ricuh. Raissa sedang memperhatikan Alisa yang berusaha menagih uang kas pada teman-teman di dalam kelas. namun sepertinya Alisa di acuhkan, mungkin karena Alisa tak setegas Raissa saat menagih uang kas. Alisa itu wakil bendahara, sedangkan Raissa bendahara yang sesungguhnya.
"Rais, lo aja deh yang nagih uang kas. gue cape dari tadi ngomong 'uang kas', 'uang kas' sama yang lain, tapi kayaknya gue di anggap burung beo aja deh," Ucap Alisa tersungut-sungut lalu meneguk air di dalam botol.
"Mana buku tagihannya?"
Alisa memberikan satu pulpen serta buku tagihan uang kas mingguan.
Raissa berjalan ke depan kelas. Gadis itu menatap teman-temannya yang asyik mengobrol.
Menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan.
BRAK!
Raissa mengebrak meja dengan kuat.
Semua mata tertuju padanya. Gadis itu terseyum tipis. "Uang kas mana?"Memang ajaib, cukup satu kali mengebrak meja dengan kuat, teman-teman sekelas Raissa mulai berjajar rapi, satu persatu mulai memberikan uang kas kepadanya.
"Nah gitu dong, kalo di tagih gercep."
°°°
Bel masuk terdengar. Jam pertama adalah mata pelajaran matematika. Pak Budi selaku guru matematika menyuruh murid-muridnya untuk mengumpulkan pekerjaan rumah yang dia berikan minggu lalu.
"Mana Pr? Cepat kumpulkan!"
Raissa terlihat santai karena semalam ia tidak lupa mengenakan Pr matematikanya itu. Tiba-tiba saja raut wajahnya berubah, tampak panik karena buku Pr matematika miliknya tidak ada di dalam tas.
"Raissa mana Pr matematika kamu?Jangan bilang ketinggalan di rumah." Ujar pak Budi dengan mimik wajah menyebalkan menurut Raissa.
"Pak, buku Pr saya kayaknya ketinggalan di rumah. Tapi, saya udah ngerjain kok semalam," Raissa nyakin jika ia sendiri yang memasukan buku pr ke dalam tas miliknya tadi pagi.
"Halah, kamu mau membohongi lagi guru begitu?"
Raissa menggeleng. "enggak, pak, saya nggak bohong. tadi pagi saya udah masukin buku Pr matematika saya, tapi sekarang kok nggak ada. Pasti ada orang yang menyembunyikan buku Pr matematika saya itu,"Ujar Raissa sembari menatap ke arah Zisan yang memasang wajah datar seperti biasa.
"Kok lo ngeliat ke arah gue sih? Mana gue tau buku Pr matematika elo ada di mana!"Sewot Zisan membanting buku paket yang ada di dekatnya.
"Gue nggak nuduh lo, kenapa lo sewot kayak gitu?!"
"SUDAH!" Teriak bapak Budi, menenangkan. Suasana kelas saat ini mendadak sepi, adu tatap antara Zisan dan Raissa membuat suasana kelas makin mencekam.
"Raissa, kalo buku Pr kamu sudah di masukan ke dalam tas, sekarang di mana Pr itu? Kenapa sampai tidak ada!"
"Ya saya juga nggak tau, pak. saya ingat jelas saya sudah memasukan buku Pr ke dalam tas tadi pagi."
"Sekarang saya mau bapak cek tas setiap orang yang ada di sini, mana tau mereka berbohong dan menyembunyikannya,"Tegasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Family'S diary (REVISI)
HumorGENTRE : ROMATISE-KOMEDI {Buku harian keluarga Almansyah} keluarga kecil yang hidup bahagia, dan terkenal dengan julukan keluarga harmonis oleh para tetangganya. ~Keseruan di tambah dengan kisah cinta anak-anak mereka. "Rumah adalah tempat di mana...