Hari bahagia yang di tunggu-tunggu akhirnya tiba. Hari ini Rafid akan menikah. Pernikahan di selenggarakan di rumah Anissa. dekorasi pernikahan dengan warna putih biru dan bunga-bunga bewarna putih menambah kesan indah dan mendominan di ruangan tersebut.
Pernikahan yang sangat sederhana sesuai permintaan Anissa tempo hari. Anissa hanya ingin mendapatkan suami yang shaleh dan menerima segala kekurangannya. bagi Anissa pernikahan mewah ataupun sederhana itu tidak masalah.
Kerabat keluarga mempelai pria dan mempelai wanita pun sudah datang untuk menjadi saksi pernikahan.
Rafid memakai jubah putih, juga mengenakan sorban dan kopiah, nampak tampan dan berkharisma.
Rafid sudah duduk di depan penghulu dengan jantungnya yang sedari tadi berdebar kencang. Hari bahagia untuknya kini sudah tiba. Rafid begitu tidak sabaran ingin segera menjadikan Anissa sebagai istrinya dan menjadi ibu dari anaknya kelak.
Anissa sudah mengenakan kebaya muslim bewarna putih. Polesan makeup tipis nampak membuat wajahnya terlihat makin cantik.
Anissa duduk bersampingan dengan Rafid. Detak jantung Anissa seakan tak terkendali saat matanya bertemu dengan sepasang mata pria yang sebentar lagi menjadi suami sekaligus imam baginya.
"Baik, apa mempelai pria sudah siap?"Tanya pak penghulu pada Rafid yang langsung mengangguk mantap.
Ustad Yusuf mengulurkan tangannya, Rafid menerima uluran tangan itu dengan senang hati.
"Bismillahirrahmanirrahim. Saya nikahkan engkau ananda Rafid putra Almansyah bin Rehan Almansyah dengan putri saya Anissa nur tiara binti Yusuf Mansur Abdullah, dengan mas kawin 50 gram dan seperangkat alat sholat di bayar tunai!" Begitulah lafad kabul yang di ucapakan wali.
"Saya terima nikahnya Anissa nur tiara binti Yusuf Mansur Abdullah dengan mas kawin 50 gram dan seperangkat alat sholat di bayar tunai,"lafad kabul yang di ucapakan kabul di balas jelas dan lantang oleh Rafid yang sudah terlanjur bahagia.
"Bagaimana para saksi?"
"SAH!"
Anissa maupun Rafid terseyum bahagia. Anissa mulai mencium punggung tangan Rafid, lalu kemudian Rafid mencium kening Anissa. Senyum bahagia terpancar dari dua belah pihak keluarga yang kini sudah menjadi besanan.
"Kamu sudah sah jadi istri orang,"Evan menitikkan air mata. Ia berusaha tegar untuk mengikhlaskan Anissa untuk hidup bahagia bersama laki-laki yang kini sudah berstatus sebagai suami sekaligus imamnya.
"Bang, kenapa nangis? Terharu, ya?"Tanya Raffa yang tiba-tiba nongol di sisi Evan. Cepat-cepat Evan menghapus air matanya.
"Kenapa, dek?"
"Abang kok nangis? Nih, Raffa kasih tissu"Raffa memberikan beberapa lembar tissu pada Evan yang langsung menerimanya dan terseyum tipis.
"Terimakasih,"
"Seharusnya kalo datang ke acara pernikahan orang itu Abang ikut bahagia, bukan nangis,"Ujar Raffa memberi tahu. Raffa duduk di samping Evan. Evan hanya terdiam.
"Laki-laki itu beruntung sekali bisa menikahi wanita shalihah seperti Anissa. Banyak yang mendambakan wanita seperti Anissa, termasuk aku,"Ucap Evan tanpa sadar.
"Mendambakan?"Raffa menaikkan satu alisnya ia tak mengerti.
"Ah, tidak usah di bahas, tidak penting. Oh ya, kamu dari kerabat mempelai wanita atau mempelai pria?"Tanya Evan melihat Raffa dari atas sampai bawah. Warna dan model baju yang Raffa kenakan nampak sama seperti baju yang di pakai dari keluarga mempelai pria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Family'S diary (REVISI)
HumorGENTRE : ROMATISE-KOMEDI {Buku harian keluarga Almansyah} keluarga kecil yang hidup bahagia, dan terkenal dengan julukan keluarga harmonis oleh para tetangganya. ~Keseruan di tambah dengan kisah cinta anak-anak mereka. "Rumah adalah tempat di mana...