17.Pacar kontrak

120 17 3
                                    

Ketegangan mulai terjadi saat lembar kertas ulangan mulai di bagikan oleh guru. Semuanya saling lirik melirik, berharap ada yang mau bekerja sama untuk mereka menjawab jawaban lembar ulangan ini. Sekarang mereka sedang menghadapi ujian kenaikan kelas. Mereka harus pokus dengan lembar ulangan mata pelajaran matematika di depan. Raissa maupun Reissa harus berusaha mendapatkan nilai di atas kkm, jika tidak? Uang jajan akan mengurang 70% jadi biasanya.

"Gue kudu bisa, gue gak boleh dapet nilai di bawah kkm. Demi uang jajan tetap!"

Raissa menyemangati dirinya sendiri. Gadis itu berusaha semaksimal mungkin menjawab soalan pertama yang amat teramat nilai berpangkat-pangkat.

"Aisttt, susah amat,"Gerutunya, belum juga semenit ia pokus, ia malah sudah pasrah.

Raissa melirik Alisa yang kebetulan satu ruangan dengannya. Alisa nampak lebih rileks di banding dengan dirinya.

"Sut, sut, Alisa,"

Panggil Raissa berbisik pelan memanggil sang teman yang akhirnya menoleh kepadanya dan menyahut.

"No berapa?"Sahut Alisa, seolah tau jika bisikan itu, bisikan minta mencontek.

"No 5, apa?"Raissa memperlihatkan kelima jarinya. Alisa mengangguk mengerti, lalu kemudian tangannya membentuk angka 'C'.

"C,"

"No 13?"Tanya Raissa lagi.

"A,"

"Set, set, Rais, no 2 apa?"

Alisa balik bertanya.

"E,"

Thia tiba-tiba mengangkat tangan, membuat guru pengawas menoleh dan bertanya
'ada apa?'

"Pak, Raissa sama Alisa saling nyontek tuh!"lapor Thia, membuat Raissa maupun Alisa membelalakkan matanya.

"Eng-enggak kok pak! Fitnah dia!"
Bantah Alisa.

"Iya pak! Alisa sama Raissa saling contek!"Timpal Adel.

"Heh, lo! Jangan asal nuduh deh!"bentak Raissa, dengan nada bicara tak suka.

BRAK!

Guru pengawas memukul kemoceng ke meja sampai patah. Pengawas itu menatap tajam ke arah Raissa, Alisa, Adel, dan Thia.

"Jangan berisik!"

"Kalian mau saya hukum, hah!"

Tanya pengawas itu, dengan suara tingginya. Kompak keempat siswa itu menggeleng kepala, tidak mau. Mungkin jika ujian harian biasa, Raissa pasti akan sanggup jika keluar di situasi seperti ini. Tapi ini? Ini ujian kenaikan kelas, nama boleh ia keluar begitu saja.

"Bagus!"

"Kalian berdua jangan saling contek!"

Alisa dan Raissa hanya mengangguk-angguk saja. Raissa berdecih pelan, lalu melanjutkan pokus dengan lembar kertas ujiannya.

_____

Pulang sekolah Raissa beserta kedua sahabatnya memutuskan akan nongkrong terlebih dahulu di cafe racer langganannya, yang kebetulan cafe itu milik papah-nya Kris.

"Ish, kepala gue hampir meledak tadi pas mikir jawaban buat ujian, mana susah amat lagi,"Gerutu Kris, menyimpan bungkusan es batu di kepalanya, maksudnya untuk mendinginkan kepala.

"Heh, beb ngapain nyimpen es batu di atas kepala gitu?"Tegur Alisa, terkekeh kecil melihat tingkah sahabat sekaligus kekasihnya itu.

"Pusing, beb, gak tau kudu gimana lagi,"

Family'S diary (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang