31. Makan malam bersama

106 19 2
                                    

"gimana malam pertamanya, Fid? Enak, gak? Habis berapa ronde semalam? 10 ada?"Tanya Papah Rehan berturut-turut mencoba  menggoda putranya yang baru beberapa hari ini sudah berstatus menjadi seorang suami.

"Malam pertama setelah ijab kabul gagal, Pah. Anissa lagi halangan, jadi malam pertamanya di undur dulu,"Sahut Rafid menghela nafas berat. Rehan tertawa mendengarnya.

"Duh, sabar, ya. Dulu pas papah halalin mamah kamu juga begitu, di undur malam pertamanya,"Papah Rehan menepuk pundak putranya.

"Enak gak, Pah?"

"Ya enak lah,"

Kemudian keduanya tertawa geli.

"Pada ngetawain apa si?"Tanya Raissa sambil menyimpan dua gelas kopi hangat di atas meja lalu duduk.

"Kamu masih kecil, mana paham,"Tukas Rafid. Raissa mendelik.

"Jadi, setelah nikah rencananya abang sama menantu mau tinggal dimana?"Tanya Rehan.

"Tinggal di rumah yang Rafid beli,"

"Oh. Gak mau tinggal sama kita gitu?"

Rafid menggeleng. "Rafid kan udah punya istri. gak enak kalo masih tinggal di rumah papah mamah,"

"Oh begitu,"

Lalu papah Rehan beralih menatap Raissa yang tengah memainkan ponselnya. "Malam ini ajak pacar mu untuk makan malam di rumah,"

Raissa yang merasa perkataan papah Rehan barusan tertuju untuknya langsung menunjuk dirinya sendiri.

"Pacar yang mana?"

Rehan menyipitkan kedua matanya."Emang kamu punya pacar lain selain Zisan?"

"Halu kalo kamu punya pacar banyak,"Cibir bang Rafid.

"Gitu amat si jadi Abang,"

Malamnya keluarga Almansyah mengadakan acara makan malam bersama. Acara makan malam ini juga di hadiri Zisan dan Paul.

"Makasih om, tante, udah ngundang saya untuk makan malam bersama kalian,"Ujar Paul sopan.

"Iya tan, om, makasih banyak. Aku ngerasa punya keluarga utuh kalo makan malam keluarga bersama gini,"Timpal Zisan menunduk sedu.

"Kalian gak usah sungkan, anggap aja kita ini keluarga kalian. Yaudah, yuk makan malamnya mulai,"papar papah di angguki oleh semuanya.

"Pah, Raffa mau ke rumah Amayra dulu, ya. Mau ngajak dia makan malam juga. Amayra kan calon istri aku, kayak bang Zisan sama bang Paul yang bakal jadi Abang ipar aku nanti,"Tutur Raffa, papah Rehan dan mamah Ranni terdohok mendengarnya, sedangkan semuanya sudah tertawa mendengar penurunan bocah ingusan itu.

Mamah Ranni geleng-geleng kepala tak mengerti dengan jalan pikir putra satunya ini. "Raffa, Raffa, belajar yang rajin, soal calon istri mikir nanti aja,"

Raffa cengengesan sambil menggaruk tekuknya. "Hehehe, persiapan dulu mah. Jadi, apa boleh Raffa ngajak Amayra makan malam bareng kita? Tapi, aku sama Amayra mau makan di taman belakang, berdua. Boleh, ya?"Pinta anak itu.

"Iya terserah kamu saja,"Sahut papah.

"Yes!"

Makan malam keluarga berjalan lancar. Setelah makan malam, mereka semua mengobrol-ngobrol di ruang keluarga, mengobrol suatu hal yang menurut mereka cocok untuk di bahas, di temai beberapa camilan dan minuman sehat yang di beli Ranni dan Anissa siang tadi.

Reissa berjalan menuju kamar mandi yang tidak jauh dari dapur. Gadis itu melewati pintu kaca halaman belakang. Langkahnya berhenti saat melihat adiknya dan Amayra sedang tertawa bersama.

Family'S diary (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang