34. Ciuman

121 17 0
                                    

"St st st, mah"Panggil Rehan dari depan pintu kamarnya memanggil sang istri yang sedang menonton TV.

Ranni menatap suaminya sekilas. "Apa, pah? Kalo mau ngomong ke sini. ini mamah lagi nonton acara kesukaan mamah nih. Film Suzanna"

Papah Rehan mengendap-endap sambil menatap sekeliling.

"Semua anak ku gak ada, 'kan?"

Papah Rehan membaringkan tubuhnya di atas sofa, meletakkan kepalanya di pangkuan Ranni.

"Awas ih! Ganggu aja!"Celetuk Ranni.

"Mah, mumpung gak ada anak-anak"Ujar Papah Rehan.

"Apaan?"Kesal mamah Ranni.

"Sunnah Rasul" Lirihnya.

"Sekarang?"

Papah Rehan menganguk semangat.

"Iya"

"Yaudah, let's go!"

Papah Rehan menggendong mamah Ranni ala bridal style.

"Mamah berat banget si"

"Mamah kan makan nasi, bukan makan hati, pah. Wajar aja kalo berat"

"Hm serah mamah aja lah. Yang penting montok"Papah terkekeh, sedang mamah Ranni terseyum malu sambil memukul-mukul dada suaminya.

"Mamah kenapa di gendong sama papah?"Tanya Raffa keluar dari kamarnya bersama Adit dan Alwi.

Refleks papah Rehan yang kaget langsung menjatuhkan tubuh mamah Ranni sampai istrinya merintih karena pantatnya mencium lantai dengan kerasnya.

"Ihs, sakit papah!"Pekik Ranni.

"Duh, mamah maaf"

Rehan membantu istrinya untuk berdiri.

"Raffa, bukannya kamu nginep di rumah Abang Rafid? Kenapa masih ada di rumah?"Papah Rehan melirik kedua teman anaknya yang memakai baju tidur. "Dan ini? Kenapa ada Adit sama Alwi di sini?"

"Raffa di tinggalin sama bang Rafid. Raffa kesel, jadi Raffa ngajak temen-temen buat nginep di rumah. Mamah udah ngasih ijin kok"Ujar Raffa agak menggerutu. Tadinya ia akan menginap di rumah Rafid, namun karena Raffa bersiapnya lama sekali, Raffa pun di tinggal. Dan Rafid hanya membawa Raissa dan Reissa, tidak dengan adik kecilnya.

Papah Rehan mengenal nafas berat.

"Jadi gimana nih, mah?"Rehan menatap dirinya yang mendelik.

"Gak jadi. Mamah marah!"

Mamah Ranni kembali berjalan ke ruang keluarga, menyalakan kembali televisi dan menonton film suzanna dengan ketiga bocah yang ikut-ikutan.

***

"Mau kemana sekarang, Hem?"Paul menghentikan mobilnya di pinggiran jalan. Ia tatap Reissa yang ternyata sedang tertidur.

Paul mengusap anak rambut Reissa yang sedikit menutupi wajah cantiknya.

"Reis, Reis"Seru Paul mencoba membangun Reissa dengan menepuk-nepuk pelan pipinya.

"Hem"

"Ini udah sampe rumah, Ul?"

"Belum. Ini di depan kedai lontong kari. Semalam kamu bilang mau lontong kari, 'kan?"Tanya Paul.

"Aku ngantuk, semalam begadang gara-gara ngerjain skripsi,"Ujar gadis itu lirih, lalu memeluk bantal kecil yang sengaja Paul simpan.

Family'S diary (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang