33. Thia

97 16 0
                                    

Paginya Raissa bangun dengan suhu tubuhnga yang sudah normal kembali. Orang pertama yang ia lihat adalah Zisan. Zisan tengah tertidur dengan posisi duduk di sisi ranjang tidurnya sambil menunduk.

Raissa mulai mengingat kejadian semalam, kejadian dimana ia hampir saja di lecehkan dan tubuhnya terasa lemas dan panas setelah ia meminum air putih pemberian dari Thia kemarin malam.

Zisan terbangun karena mendengar Isak tangis Raissa. Pemuda itu langsung merasa panik dan bertanya. 'kenapa, kenapa Raissa?'

"Hal paling berharga di diri gue hampir hilang, Zisan!"Raissa menangis tersedu-sedu, Zisan yang tak tega segera membawa gadis itu kedalam pelukannya.

"Tenang, kamu udah aman. Mereka sudah masuk penjara,"Ujar Zisan.

"Hiks, mereka melecehkan gue"

"mereka udah masuk penjara. Elo sekarang udah aman! Kalo lo masih belum puas dengan mempenjarakan para bajingan itu, gue bunuh aja mereka sekalian. Biar mati!"

"Mereka brengsek!"

"Iya mereka brengsek!"

"Elo juga brengsek, kenapa elo peluk-peluk gue gini?"Tanya Raissa. Refleks Zisan melepaskan pelukannya, namun dalam beberapa menit Raissa kembali memeluknya.

"Makasih,"Lirihnya, lalu Raissa pingsan di dalam pelukan Zisan.

"Anak saya kenapa!"

"Pingsan,"

***

Adel dan Thia sempat melarikan diri ke luar kota. Zisan mencari keduanya dengan mengarahkan anak buahnya yang tidak sedikit. Tadinya Rafid juga akan ikut bertidak namun Raissa tidak memperbolehkannya.

Sekarang Adel dan Thia sedang di sekap di tempat penyekapan rahasia Abang Rafid. Tangan dan kaki kedua gadis itu sudah di ikat dengan kuat.

Seorang gadis datang dengan tatapan nanar. Gadis itu seakan tidak tahan untuk melayangkan tangannya, dan ...

Plak!

Plak!

Tamparan yang membuat pipi panas dan nyeri mendarat di pipi Thia dan Adel secara bergantian.

"Kalian teman berhati iblis!"cacinya.

Tak lama di susul dengan Alisa, Kris, Zisan, Reissa dan Paul yang datang ke tempat itu. Alisa berjalan cepat dan menarik rambut Thia dan Adel.

"Dasar temen gak ada otak!"

Alisa menghempas tarikan rambut itu dengan kasar. Adel merintih, sedangkan Thia hanya menunjukkan wajah datarnya, sorot matanya tajam.

"Kalian semua tolong tinggalkan aku dan kedua orang ini di sini. Aku mau bicara dengan mereka sebentar"Tegas Raissa, tatapannya tak lepas dari Thia.

"Tapi ... "

"Udah ayo!"

Kini di ruangan itu hanya ada Raissa, Adel, dan Thia. Setelah semuanya sudah keluar, Raissa mulai melepaskan ikatan tangan dan kaki Thia dan Adel. Entah apa yang di pikirkan gadis itu sekarang.

"Kenapa elo merencanakan semua ini Thia? Apa salah gue ke lo?!"Raissa bertanya dengan suara meninggi, memegang kedua bahu Thia dan mengguncangnya.

Family'S diary (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang