7.Prank

179 30 7
                                    

Raissa sedari tadi menatap dirinya di pantulan cermin. Gadis itu memegang kedua pipinya, lalu hidung, mata, dan berpindah lagi ke bibir.

Reissa memperhatikan tingkah adiknya itu. Tak seperti biasanya saat hendak tidur memperhatikan diri sendiri di depan cermin seperti itu.

"Rais,"Panggil Reissa.

"gimana sih rasanya jatuh cinta?"

"Apa enaknya jatuh cinta?"

"Aku gak pernah jatuh cinta,"

Raissa berkata-kata lalu menatap wajah Reissa. Reissa mengangguk pelan ia mengerti sekarang apa yang di pikirkan adiknya.

"Jatuh cinta itu ada yang enak ada yang enggak. Enaknya kalo cinta kita atau rasa suka kita terbalaskan. Dan Gak enaknya, kalo cinta kita bertepuk sebelah tangan," Ujarnya dengan memperlihatkan lesung pipi.

"Bertepuk sebelah tangan?"
Raissa duduk di dekat Reissa.

"Iya kayak mencintai sendirian gitu,"

"Emang kenapa sih nanya kayak gitu?"Tanya Reissa balik.

"Aku juga mau dong ngerasain jatuh cinta,"Sahut gadis itu dengan polosnya.

"Yang bener sekolahnya, urusan jodoh udah ada yang ngatur," timpal bang Rafid yang masuk begitu saja ke kamar kedua adiknya.

"Ish, Abang juga ngejar-ngejar kak Anissa sampe rela ngeluangin waktu buat ngehafal 30 Juz Alquran," Sinis Raissa.

Reissa kaget dengan ucapan Raissa tadi.Rafid, menghafal 30 juz Alquran demi ustazah Anissa? Si playboy cap sarden itu? Hah, tidak bisa di percaya.

"Bang, bener yang di katakan Raissa barusan?"Tanya Reissa. Bang Rafid mengangguk dan terseyum.

"Demi cinta, dan demi meminang ustazah Anissa. Abang mencoba intropeksi diri agar cocok bersanding dengan wanita pujaan sejuta pria," Bang Rafid mengatakan itu dengan penuh ekspresi, dan tangannya seperti memperagakan pidato.

Reissa dan Raissa saling berpandangan, kemudian kedua gadis itu tertawa.

"Hahaha. . ."

Rafid mendengus kesal. Tujuannya datang ke kamar adiknya itu untuk meminta bantuan menghapal, lah ini? Malah di tertawa kan.

"Abang ke sini tuh mau minta bantuan sama kalian. Eh ini malah di ketawain. Yaudah, Abang gak jadi minta tolong," bang Rafid kengdeus kesal, lalu pria itu pergi dari kamar Raissa dan Reissa.

"Abang merajuk,"lirih Raissa.

"Iya, udah sifatnya gitu percis kayak kamu,"Celetuk Reissa. Raissa menatap Reissa dengan sinis. "Kakak juga gitu,"

Kedua adik kakak itu terbaring di kasur yang sama. Keduanya menatap lelangitan kamar yang bewarna putih.

"Kak, cariin aku cowok dong,"Rengek Raissa.

"Cowok? Maksud kamu mau ngedate sama cowok gitu, buat di jadiin pacar?" tanya Raissa memperjelas.

Raissa menganguk. "Iya, kali-kali aku nyoba yang kayak gitu. Nge-date,"

Reissa meraih ponsel sang adik.

"Lha, itu hp aku mau di apain?"tanya Raissa yang melihat hp-nya di ambil sang kakak.

"Mau Download aplikasi kencan gitu, Siapa tau nanti ada yang mau sama kamu,"Sahut gadis itu, mulai pokus ke pencarian aplikasi tersebut.

Beberapa saat Reissa menemukan aplikasi TINTIN aplikasi yang katanya terkenal sebagai aplikasi pdkt dengan seseorang.

Family'S diary (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang