36.Mau jadi istri ku?

141 14 0
                                    

"Raissa, maukah kamu jadi istri ku?"

Dengan lantang Zisan bertanya seperti itu. Orang-orang yang ada di taman kota menjeda langkah mereka, memperhatikan sosok Zisan yang berlutut di depan Raissa dengan satu kotak cincin dan buket bunga cantik.

Apa maksud semua ini? Kenapa Zisan bertanya seakan-akan sedang melamarnya? Di tempat ramai begini? Oh ayo lah, Raissa malu.

"Zisan, lo apa-apaan si. Becanda lo gak lucu sumpah. lo gak malu di liatin orang-orang gini? Cepet berdiri!"Raissa menarik tangan Zisan untuk berdiri, namun Zisan mempertahankan tetap berlutut.

"Aku gak becanda, aku serius. Kamu mau kan jadi istri aku, sayang?"Tanya Zisan lagi dengan mimik wajahnya yang tampak serius.

-Zisan idiot gue malu.

"Terima!"

"Terima!"

"Terima!"

Seruan orang-orang yang menyaksikan adegan lamaran itu terdengar jelas di indra pendengaran Raissa. Raissa menatap Zisan tak percaya. Apa ini mimpi?

Karena merasa tak percaya dengan apa yang ia lihat dan dengar, Raissa menampar pipinya sendiri. Tamparan yang menyakitkan. Tamparan sendiri.

"Ini bukan mimpi?"Lirih gadis itu.

"Bukan. Ini nyata!"Tegas Zisan.

Sekarang Zisan dan Raissa berada di cafe 'bunga' cafe yang masih ada di area taman kota.

Raissa menatap Zisan tajam, Zisan yang di tatap hanya mengembangkan senyum. Raissa menghembuskan napasnya kasar. Gadis itu menarik tangannya yang sedang di usap Zisan.

"Sumpah tadi itu gak lucu Zisan. lo harus inget kalo kita itu gak bener-bener pacaran!"Terang Raissa.

"Dan ya, kita itu masih SMA. Gue gak kepikiran buat nikah muda. Kalo lo mau nikah muda, nikah aja sama cewek lain, jangan sama gue,"Lanjutnya.

Raissa beranjak dari duduknya, gadis itu sempat pergi.

"Gue suka sama lo. Gue serius,"

"Apa lo gak mau memperjelas hubungan kita ini? Gue udah jatuh cinta sama lo!"kata Zisan. Zisan terseyum tipis "Gue gak akan maksa lo buat nerima lamaran dadakan gue tadi. Kalo di terima syukur, kalo gak yaudah gak papa. Kalo lo juga yang namanya hati mana bisa di paksa,"

Raissa terdiam sesaat, sebelum ia membalikkan badan menatap Zisan.

"Maap, tapi gue gak bisa,"

***

Sepulangnya ke rumah Raissa langsung menceritakan kejadian tadi kepada papah dan mamah nya.

"Zisan bener-bener udah gila!"

Raissa mengusap wajahnya kasar. Ia masih kepikiran dengan kejadian siang tadi.

Rehan duduk di sofa samping putrinya. "Menurut kamu apa Zisan pantas untuk menjadi suami mu di masa depan? Atau masa sekarang?"

Raissa menoleh. "Maksud papah apa?"

Ranni tersenyum sambil mengusap kepala putrinya. "Kalo Zisan bener-bener mau ngejalanin hubungan serius sama kamu, apa salahnya? Mamah perhatikan selama ini Zisan begitu perhatian juga baik sama kamu, Ris,"Ujar Ranni. "Ambil keputusan yang menurut kamu baik. Jangan sampai ada penyesalan,"

Family'S diary (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang