38. Sisi keibuan

146 14 1
                                    

"Kamu cemburu sama Raissa karena dia mau nikah muda sama?"Tanya Paul yang mendapati sang kekasih yang sedang termenung di halaman belakang rumahnya.

Setelah pulang kuliah Reissa mampir terlebih dahulu ke rumah Paul. Ia  sudah menceritakan tentang lamaran Zisan kemarin pagi pada Paul.

"Aku gak cemburu. Aku malah ikut seneng,"Sahut Reissa sambil memakan kacang karuda.

Paul duduk di sampingnya. "Kamu mau nikah muda juga, Hem?"

Reissa menatapnya. "Emang kamu udah siap jadi suami masa depan aku?"

Paul mencengkram lembut pipi Reissa, lalu mengecupnya. "Nanggung tanggung jawab sebagai suami plus sebagai ayah masa depan bagi anak-anak kita kelak aku sudah siap kok sayang,"Ujarnya terseyum manis.

"Udah lulus kuliah baru halalin aku,"

"Siap ibu komandan!"

***

"Sumpah demi apa sahabat gue yang tomboy ini bakalan cepet nikah!"Heboh Alisa mengeleng kepala tak percaya. Beberapa siswa-siswi yang ada di kantin sampai menatap ke arahnya.

"Suttt, jangan kenceng ngomongnya,"Raissa langsung mengapit bibir ember Alisa.

"Gue ikut seneng kalo sebentar lagi lo mau nikah sama Zisan. Menurut gue lo sama Zisan cocok,"Ujar Kris sambil menyuapi Alisa cilok. "Ngak kebayang nanti pas malam pertamanya pasti pada adu bacok,"Lanjutnya.

Raissa mendelik tajam.

Kris terkekeh. "Eh, btw kenapa lo ngebet nikah sama Zisan? Awalnya lo kan selalu nolak Zisan yang selalu ingin ngejalanin hubungan yang asli sama lo,"ucap Kris selidik dengan menyipitkan kedua matanya.

"Ho'oh kenapa nih?"Timpal Alisa.

"Gue mimpi Zisan meninggal karena gue nolak lamaran dia. Saat di alam mimpi gue inget banget ekpresi gue yang sangat-sangat terpukul karena kehilangan Zisan. Di mimpi itu gue mulai sadar, kalo gue suka sama Zisan. Gue gak mau kehilangan dia," jelas Raissa. "Kayak lo sama Alisa yang selalu ingin sama-sama,"

Kris dan Alisa manggut-manggut.

"Tapi Itu kan cuma mimpi,"tutur kris di angguki Alisa. Raissa menopang dagu, menatap ke arah luar jendela kantin. Mereka sedang duduk di pojokan kantin seperti biasa.

"Hem, meski itu cuma mimpi, di kehidupan realita juga gue gak mau kehilangan dia,"Lirihnya.

"Aku juga gak mau kehilangan kamu,"ujar seorang pria muda dengan gaya cool nya dia berjalan menghampiri meja geng Raissa.

Zisan duduk di samping Raissa memberikan senyuman termanisnya kepada Raissa yang terseyum malu. Baru kali ini dia di buat baper dengan beberapa patah kata yang memang pernah ia dengar sebelumnya.

***

Ranni dan Rehan sedang duduk berdua di ruang tamu. Mereka sedang memikirkan masa depan Raissa kelak. Memang sebelumnya mereka menyetujui lamaran itu, namun sekarang mereka di selimuti rasa ragu kembali untuk melepas Raissa.

"Tingkah Raissa itu masih kekanak-kanakan. Dia sebenernya belum cocok untuk berumah tangga. Gimana kalo nanti Zisan dan Raissa punya anak, terus mereka sering ribut kerena masalah sepele? Terus gimana kalo Raissa gak bisa ngurus anaknya dengan baik nanti? Apalagi sampai kekurangan gizi?"Cerocos mamah Ranni dengan penuh ekpresi.

Family'S diary (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang