10. Hbd Raffa!

145 37 118
                                    

Raffa sudah siap dengan baju seragam sekolah yang sudah ia kenakan dengan rapih. Anak itu melihat kalender yang di tempel dekat cermin lemarinya.

Sekarang tanggal 13, hari Rabu tepatnya ulang tahun Raffa yang ke 8. Raffa senyum-senyum sendiri, hari ini pasti akan menjadi hari paling bahagia untuknya.

"Mamah, papah, kakak, sama Abang pasti udah nyiapin kue ulang tahun buat aku, terus kuenya di taruh di atas meja" Feling Raffa.

"Kira-kira mereka mau ngasih aku kado apa, ya? Ah aku gak sabar pengen lihat kado apa yang mereka kasih,"Gumam Raffa.

Anak itu merapikan terlebih dahulu rambutnya, kemudian segera berlari dengan senyum merengah menuju dapur.

Di dapur Raffa melihat Mamah Ranni, papah Rehan, bang Rafid, beserta Reissa dan Raissa yang sudah memulai sarapan pagi bersama.

"Selamat pagi semua," Sapa Raffa, mulai duduk bergabung dengan keluarganya.

"Pagi,"

Raffa melihat ke atas meja, tak ada kue ulang tahun untuknya, tak ada kado juga.

Raffa menatap wajah satu persatu keluarganya, ia berharap keluarganya tak melupakan hari bahagia bagi dirinya ini.

"Mah, pah, bang, kak, kalian inget gak hari ini, hari apa?" Tanya anak itu, sembari mengambil roti yang sudah di baluti selai.

"Hari Rabu," Jawab bang Rafid.

"Iya, ini hari Rabu," Timpal Reissa.

"Bukan, maksud Raffa hari ini hari sepesial siapa?" Anak itu kembali bertanya.

"Sepesial apa sih Raffa? Masih pagi jangan bikin darah tinggi deh," ketus Raissa.

Raffa memajukan bibirnya beberapa centi. "Ini hari. . . "

"Oh ya, papah harus berangkat kerja sekarang. Papah berangkat kerja duluan, ya," Papah menyela ucapan Raffa. Papah Rehan langsung mengambil tas kerja miliknya, lalu pergi begitu saja.

"Asalamualaikum,"

"Walaikumsalam,"

Raffa menghembuskan napas panjang."Mah, mamah inget hari ini, hari apa?"Raffa bertanya pada mamah Ranni. Namun mamah Ranni hanya mengangguk karena sedari tadi ia pokus dengan handphone di tangannya.

"Yuk buru, Raf, mamah antar ke sekolah sekarang, takut telat," Itu yang terucap di bibir mamah Ranni. Bukannya menjawab, mamah Ranni malah mengajak sang anak untuk segera berangkat ke sekolah.

Raffa langsung memakai tas ranselnya, lalu berjalan keluar rumah mendahului mamah Ranni yang sedari tadi memanggil-manggil dirinya untuk memasukkan kotak bekal makan siang.

"Raffa, itu bekal makan siangnya bawa! Raffa, tungguin mamah dong!"
Teriak mamah Ranni, namun Raffa mengunci telinga saja. Anak itu sedih karena tak satupun anggota keluarganya yang ingat dengan hari ulang tahunnya.

Mamah Ranni mengantar Raffa ke sekolah dengan sepeda miliknya. Sepanjang jalan tidak ada pembicaraan antara ibu dan anak itu.

Sesampainya di depan sekolah Sd Ceria 01, tempat Raffa bersekolah. Raffa turun dari sepedah mamah Ranni. Raffa mencium punggung tangan mamah Ranni sebelum akhirnya mulai masuk ke area sekolah.

"Belajar yang rajin, ya,"Kata mamah Ranni, mengusap kepala Raffa.

Raffa mengangguk pelan. Raffa masih diam mematung, menunggu kecupan pipi dari mamah Ranni yang seperti hari-hari biasa selalu mamah Ranni berikan.

Raffa tak menyangka sang mamah akan langsung pergi tanpa memberikan kecupan semangat belajar padanya. Raffa menatap mamah Ranni yang sudah mulai pergi, matanya mulai berkaca-kaca.

Family'S diary (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang