Extra part

269 23 5
                                    

Pagi yang berbeda dengan dulu.
Dulu setiap pagi Raissa maupun Zisan akan pergi berangkat ke sekolah atau bersantai di hari libur. Tapi sekarang?

"Papap ayo kita selamatkan putri dari raksasa!"Teriak Ziras menunggangi Zisan yang mengambil peran sebagai kuda kesatria putra kesayangannya.

"Hiha hiha,"Ziras meniru suara kuda.

Raissa berjalan menghampiri suami dan anaknya. Berjalan dari dapur ke ruang bermain saja rasanya lelah sekali.

"Mas, Ziras sayang, ayo kita sarapan pagi dulu,"Seru Raissa memegang pinggang dan mengelus perutnya.

"Nanti bubun, aku sama papap masih mau main,"Jawab Ziras yang sekarang sedang menguncir rambut Zisan.

"Duh sayang jangan di tarik, sakit,"

"Maap papap, sebentar lagi selesai,"

"Nah selesai,"Ziras terseyum senang.

Zisan memandang dirinya di depan kaca. Rambutnya di kuncir dua seperti tanduk kerbau. Zisan melirik Ziras yang langsung mengacungkan ibu jarinya dan berkata 'tampan'

"Papap ayo kita main perang-perangan! Nanti endingnya papap mati, ya?"Ujar Ziras, meraih satu pedang mainannya, lalu mulai memposisikan diri untuk menyerang.

Raissa berdecak pinggang. Ajakannya untuk sarapan pagi tadi seperti di anggap angin lalu oleh putra dan suaminya. Mereka berdua asyik bermain. Raissa geleng-geleng kepala.

"Yaudah kalo gak mau sarapan sekarang, jangan makan!"Setelah mengatakan itu Raissa pergi dari ruang bermain Ziras, dengan langkah lambat, karena sedang berbadan dua.

"Bubun kalo udah gitu pasti ngambek,"Lirih Ziras di angguki Zisan.

Raissa duduk di kursi balkon kamar, memandangi taman yang ada di rumah mewah dan megahnya.

Mata Raissa tertutup, menikmati angin pagi yang sejuk menerpa wajah.
Tangannya sibuk mengelus perut buncitnya yang dimana di dalam sana sudah ada calon anaknya. Terakhir kali pemeriksaan kandungan, calon anaknya berjenis kelamin perempuan.

"Bunda gak sabar deh nunggu kamu lahir. Nanti setelah kamu lahir, bunda mau nguncir rambut kamu, memakaikan baju cantik dan lucu. Bunda harap kamu sehat di dalam sana ya nak,"Dialog Raissa.

"Bubun mau di kuncir kayak papap juga?"Tanya Zaris yang tiba-tiba saja berada di depan Raissa.

"Astagfirullah Zaris,"

Zaris mengedip mata lucu.

Raissa memalingkan wajahnya. Kali ini ia ingin berpura-pura ngambek.

"Enggak mau,"Ketus Raissa menatap ke arah lain. Zaris duduk di depannya.

"Bubun marah?"

"Enggak,"

"Kalo enggak, kita sarapan yuk!"

"Enggak selera,"

Ziras menatap Zisan yang sedari tadi hanya diam saja. Tatapan dari putranya seolah-olah mengisyaratkan bantuan untuk membujuk Raissa.

"Sayang, sarapan yuk,"kali ini Zisan yang mengajak. Raissa menggeleng.

"Bunda gak mau sarapan, kalian berdua sarapan pagi aja dulu. Bunda mau istirahat,"Raissa berdiri, lalu mulai berjalan mendekati ranjang tidurnya. Raissa membaringkan tubuhnya di kasur empuk, lalu meraih ponselnya di atas nakas.

"Papap, bubun marah,"Lirih Ziras.

Zisan jongkok di depan putranya. "Bubun nggak marah kok. Cuma butuh di ciuman pagi aja,"ujarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Family'S diary (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang