Jam mulai menunjukan pukul 19.12
Malam. Raissa sudah berdandan cantik, bersiap untuk menemuai partner kencan butannya.Gadis itu menatap jendela kamar. Hembusan napasnya terdengar berat.
"Rais, pakai sepatu hak tinggi ini!" Titah Reissa menyerahkan sepatu hak tinggi bewarna putih miliknya.
"Kak, aku gak mau pake sepatu hak tinggi, ah," rengek gadis itu.
"Kalo gak pake sepatu hak tinggi ini, gak kelihatan sempurna lah," sahut Reissa, memasangkan sepatu hak tinggi itu di kaki sang adik.
"Dah, bagus!,"
"Eh, anak mamah yang tomboy ini mau kemana? Tumben malem-malem gini dandan cantik," Ucap mamah Ranni, yang baru saja masuk ke kamar kedua anaknya.
"Mah, Raissa mau---,"
Reissa menatap Raissa yang memberi tatapan tajam. Tatapan itu sudah jelas, tatapan agar tidak mengatakan yang sejujurnya pada sang mamah.
"Ini, si Raissa mau ke acara ulang tahun temennya loh, mah. Dia minta aku pilih dress sama make-up dia,"Jawab Reissa, merapikan rambut urai Raissa.
"Oh, begitu. Oh ya, mumpung kamu lagi cantik, kita Poto dulu, yuk!" Ajak mamah Ranni, mengeluarkan HP-nya di dalam saku daster. Kemudian anak dan mamah pun berselfi Ria. Setelah mendapatkan beberapa jepretan Poto,
Mamah Ranni pergi dari kamar kedua anak gadisnya itu."Fluhhh. . . Untung saja kakak gak ngejawab yang sejujurnya. Kalo kakak ngejwab aku mau kencan buta sama laki-laki, pasti mamah gak akan ngebolehin," Raissa mengusap dada.
_____
Sesampainya di restoran bintang lima yang sudah di pesan dan di hias dengan nuasa seromantis mungkin. Alunan biola terdengar sempurna. Lilin berbentuk love yang terletak di tengah-tengah meja pun terlihat indah. Harum Wangi menyeruak masuk di rongga hidung gadis yang sedang duduk menunggu teman kencan butanya itu."Wah, kayaknya pria kencan buta ku itu tipe pria yang romantis," lirih Raissa, terseyum senang.
"Kira-kira siapa ya yang bakal jadi pasangan kencan buta ku ini? Dari Poto propilnya sih cuma nunjukin senyuman yang manis gitu," Raissa menatap layar ponselnya. Gadis itu terseyum kala melihat Poto propil pria yang langsung mengajak ia kencan buta di restoran bintang lima seperti ini.
"Jangan sampai om-om yang datang, Apa lagi yang udah punya istri, hiy. . . Jauh-jauh deh. semoga aja ketemu sama pria tampan, mapan, dan masih perjaka," Ujar gadis itu, terkekeh geli.
"Sayang sekali, nama aku di samarkan di aplikasi TINTIN ini. 'Vivian' namanya lumayan cantik, tapi cantikkan nama 'Raissa' lah," gumam gadis itu, membaca kembali nama pengguna akunya di aplikasi TINTIN.
"Hai, nama kamu Vivian, kan? Boleh aku duduk? Aku Darel," Ucap seseorang. Orang itu tepat berdiri di depan kursi meja hadapan Raissa.
Raissa memperhatikan orang itu dari bawah sampai ke atas. Terkejut, pasti gadis itu terkejut, begitupun pria yang sempat berucap manis tadi.
"Zisan?"
"Raissa?"
Kedua Adam hawa itu saling menunjuk satu sama lain. Mata mereka terbelalak.
"Elo ngapain di sini?"
Tanya Zisan, sinis."Elo juga ngapain di sini? Elo kencan? Sama siapa, hah? Jangan ngejawab sama Vivian!" Kata Raissa, sembari menyusut Lipstik di bibirnya.
"Emang sama Vivian. Elo ngapain di sin? Ini meja yang udah gue pesen sama cewek yang namanya Vivian!" Ujar Zisan, mendorong-dorong tubuh langsing Raissa untuk berdiri di tempat duduk rekan kencan butanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Family'S diary (REVISI)
HumorGENTRE : ROMATISE-KOMEDI {Buku harian keluarga Almansyah} keluarga kecil yang hidup bahagia, dan terkenal dengan julukan keluarga harmonis oleh para tetangganya. ~Keseruan di tambah dengan kisah cinta anak-anak mereka. "Rumah adalah tempat di mana...