27.Hamil anak kamu!

160 17 0
                                    

Reissa dan Paul sedang berjalan-jalan berdua di taman. Tangan keduanya saling bertautan dan terseyum.

Tiba-tiba Paul menghentikan langkahnya, begitupun Reissa yang langsung  menatapnya bingung.

"Kenapa berhenti?"

"Reissa, aku mau nanya sesuatu sama kamu. Kamu jawab dengan jujur, ya,"
Ucap Paul, meraih tangan Reissa.

Reissa tertawa kecil. "Haha, mau nanya apa? Kayaknya serius banget,"

Paul berdehem kecil. "Sebenernya kamu nerima aku karna kasihan atau kamu mau menggunakan aku untuk melupakan Zulfan?"Tanya Paul. spontan Reissa menatap ke arah lain.

"Jawab jujur, Reissa,"

Reissa menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan.  Ia membalikkan badannya, lalu menatap mata Paul langsung.

"Kamu gak percaya sama aku?"Tanya Reissa. nampak jelas dari raut wajahnya ia menahan tangis.

"Bukan masalah aku gak percaya sama kamu. Tapi, aku hanya ingin mendengar jawaban atas pertanyaan yang tadi aku tanyakan sama kamu,"

Reissa terseyum tipis, lalu menyeka air mata yang hampir saja keluar.

"Memang awalnya aku suka sama Zulfan. Tapi, aku sadar jika selama ini kamu yang selalu ada buat aku, bukan Zulfan. Perlahan namun pasti hati aku luluh sama sikap kamu yang baik dan perhatian. dan saat aku tau kalo kamu suka sama aku, entah kenapa aku ngerasa bahagia,"Jelas Reissa.

Paul terseyum senang setelah mendengarnya. "Jadi, intinya kamu suka sama aku?"Tanya Paul lagi.

"Hem, gimana, ya? Suka apa enggak? Kayaknya enggak deh," ujar Reissa menahan tawa saat wajah Paul yang berubah masam karena ucapannya.

"Yaudah kalo gak suka, gak papa,"

Paul hendak melangkah pergi meninggalkan Reissa, namun dengan cepat Reissa menarik Paul dan membawanya ke dalam pelukannya.

"Saat ini aku gak tau pasti gimana perasaan aku sendiri. Tapi, harus kamu ketahui sekarang aku udah nyaman dengan kehadiran kamu ini. Jangan tinggalin aku. tetaplah menjadi seseorang yang selalu menemani hari-hari ku"Reissa mengatakan itu dengan bersungguh-sungguh.

Paul menangkub kedua pipi Reissa, lalu mengecup manis keningnya.

"Aku harus percaya atau enggak, ya?"

Paul mencolek hidung Reissa.

"Kalo kamu gak percaya, tanya aja sama pak haji Udin,"Reissa memalingkan wajahnya, paul yang mendengarnya langsung tertawa.

"Kamu ketularan karakter Ucup?"

"Mana ada!"

"Jangan ngambek gitu dong. Ntar cantiknya nambah loh,"Goda Paul, menggandeng tangan pacarnya.

"Makan siang yuk?"Ajak Paul.

"Yuk. Aku juga udah lapar nih!"

"let's go baby"


___


"Aku mau ketemu Rafid. Dimana Rafid? Aku mau bicara penting sama dia!"Tanya seorang wanita. Wanita itu bertanya dengan nada tinggi pada mamah Ranni yang baru saja membuka pintu rumahnya, dan mendapati sosok tamu tidak sopan.

"Siapa kamu? Ada hal penting apa kamu sama anak saya?"balik tanya mamah Ranni berdecak pinggang.

"Oh rupanya tante mamahnya Rafid,"Perempuan itu langsung berbicara selembut mungkin, ia juga memberikan senyuman, namun mamah Ranni sudah terlanjur tidak suka padanya sehingga ia hanya menatapnya sinis.

Family'S diary (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang