Hello epribadeh!
Happy reading!◌●●◌
"Huftt..." awali cerita dengan helaan nafas unfaedah gue.
Gue merhatiin jendela kelas gue yang gede gak main-main dibuka setengah bikin angin seliwir-seliwir kena gue, lebih tepatnya ngelus-ngelus kelopak mata untuk tertutup.
Kalo dibuka semua mengganggu lah ya.
Gak ada akhlak ni angin, bikin gue ngantuk. Padahal satu kelas lagi, gak bisa ini.
"Luna!"
Gue nengok pelan-pelan kearah kanan.
"Wihhh dah bisa nengok nih!" kata Lano yang baru nongol bareng Hanna dibelakangnya.
Ya, seperti yang kalian tau. Gue gak bisa nengok kanan kiri, lo tau lah ya siapa pelakunya.
Udah 5 hari, dengan susah payah gue mencoba buat gak nengok pas ada yang manggil. Sedih tau, mau nengok was-was kepala copot.
Dan keselnya, bang Eris sama si Lano sengaja manggil-manggil gue. Bodohnya lagi, gue lupa kalo gak bisa nengok jadi refleks nengok ya wassalam.
Nangis kejer gue pas kerasa sakit lagi, tapi kata mamih banyakin gerak gitu pelan-pelan biar sakitnya ngurangin.
"Rese banget sih!" kata gue manyun.
"Luna!" gue muter bola mata males, ni orang sama aja.
"Hanna, lo jangan ikut-ikutan si Lano deh." kata gue kesel tanpa liat si Hanna.
"Eh? Sorry hehe." kata dia terus duduk disebelah gue.
Si Lano milih duduk dibelakang gue sama Hanna, dia sibuk ngetik apa gak tau di laptopnya.
"Luna, Luna!" Hanna noel-noel tangan gue.
Gue ngelirik Hanna sekilas, "Hm?"
"Lo beneran mau latihan besok?"
"Iya."
"Lo gak khawatir apa sama leher lo?" tanya Hanna masang muka khawatir.
Gue geser badan gue sampe ngadep depan-depanan sama Hanna.
"Ya gak apa-apa sih, itung-itung biar gak sakit lagi kalo banyak gerak. Lagipula yang gerak badan, kalo kepala gerak juga kan namanya jaipong." ucap gue.
Si Hanna ngangguk-ngangguk.
"Oke dah, besok gue ke rumah lo. Mau dilapang depan komplek rumah lo aja?" tanya Hanna.
"Iya, disitu aja. Gak apa-apa kan? Lo gak latihan kan?"
"Iya gak apa-apa kok, latihan juga libur toh bang Eris yang nyuruh gue ngajarin lo!" Kata Hanna sambil tepuk tangan satu kali, tujuannya apa coba.
"Jadi kalo bukan bang Eris yang nyuruh, lo gak mau?" tanya gue menaikan alis.
Plak!
Ya gak berubah, mau gue sakit atau enggak kalo mukul ya punggung.
"Dih apa hubungannya, gue juga suka bantuin orang kali."
"Iya deh, makasih beps!" kata gue sambil manyun.
"Geli banget kaya ke siapa aja." kata si Hanna terus ngambil laptopnya dari tas nya.
Lo semua pasti bingung sama pembicaraan gue dan Hanna. Ya kalo paham si alhamdulillah.
Tapi karena gue baik hati, gue mau jelasin yang terjadi.
Jadi, semua berawal dari 2 hari setelah kejadian si Lano tidur bikin gue gak bisa nengok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kosan Kanjeng Mamih
Dla nastolatkówSetelah Lulus SMA dan tinggal di rumah kakek neneknya di Bekasi. Lunaya Qirla Morinta memutuskan untuk kembali ke Bandung, kerumah kedua orang tuanya dan berencana kuliah diuniversitas dekat rumah orang tuanya. Luna tau betul jika orang tuanya mempu...