[56]Paket

337 47 3
                                    

Episode ini mengandung bawang.
Happy reading!

◌●●◌

Tok tok tok

"Punten, paket."

Luna melangkahkan kakinya menuruni tangga dengan tergesa-gesa setelah mendengar ketukan pintunya yang tak berhenti terdengar disertai suara seorang pengantar paket.

"Bentar!" ia berhenti saat di ruang tengah, dimana Lano menonton TV berselonjor sambil mengunyah gorengan seperti tidak mendengar apapun yang ada di sekitarnya. Mata Luna berputar malas, membuka pintu rumahnya.

"Atas nama Bakti?"

Pengantar paket tersebut lansung menyodorkan satu kardus berukuran sedang pada Luna, refleks gadis itu memegang kotak dusnya yang ternyata lumayan berat.

"Boleh minta poto dulu, mbak?" Luna mengedipkan matanya dan mengangguk pelan, dengan canggung Luna menarik kupluk jaket dan kedua ujung bibirnya membentuk senyuman saat mas pengantar paket membidikkan kamera padanya.

"Satu...dua...ti---"

Bruk!

"Aw!" pekik Luna saat tubuhnya merasa tertabrak membuatnya hampir jatuh jika saja sebuah tangan tidak melingkar di pundaknya.

"Mas, saya juga ikut dipoto."

Luna menoleh, menghela nafas berat. Tak memperdulikan Eris yang menampilkan senyuman lebar dengan tangan yang merangkul erat padanya, Luna kembali mengarahkan pandangannya pada kamera.

Ckrek!

"Makasih mbak."

"Iya mas sama-sama."

Luna kembali memasuki rumah, menyimpan kardus itu di meja ruang tengah. Lano tertarik dengan apa yang ada di meja lansung menghampirinya.

"Pesen apaan? Punya siapa?" tanya Lano dengan keponya, Luna menjawab sambil mendelikkan mata.

"Gak tau, punya bang Bakti. Lo, Lano! Ada tukang paket, gak denger apa??"

Lano menampilkan senyuman lebarnya, "Ehehe takutnya paket punya gue, gue lagi bokek soalnya."

"Terus ngapain lo pesen?"

"Biasalah, flash sale. Harga barangnya 5 ribu, ongkirnya 20 ribu. Parah." gumamnya diakhir.

Luna menggerakkan kepalanya, mencari Eris yang baru saja keluar dari dapur dengan segelas air ditangannya, "Bang, bang Bakti dikos?"

Eris mengangguk. "Bawa balik ke kossan gih, punya bang Bakti." titah Luna menunjuk kardus itu.

Eris memasang wajah enggan dengan sangat jelas, tangannya merogoh saku celana pendek dan mengambil ponsel miliknya lalu menempelkan ponselnya pada telinga kiri.

'Udah loud speaker, di simpen ditelinga. Mau heran tapi ini pacar gue.' ucap Luna dalam hati.

"Halo."

"..."

"Ada paket di rumah Luna, punya lo katanya."

Kosan Kanjeng MamihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang