[51]Sweet Rain

448 64 0
                                    

p, hi.
happy reading y.

◌●●

"eghhh!!!"

Wajah Luna berubah menjadi merah ketika berusaha mencapai kresek supermarket yang tersimpan dibangku penumpang belakang. Jarinya melambai-lambai, berharap bisa menggapainya.

Eris terduduk sambil menatap bingung kekasihnya itu, bibirnya mengeluarkan sebuah decakan pelan. Dengan tangannya yang panjang, Eris dengan mudah mengambil apa yang sedari tadi Luna inginkan. Sekotak susu full cream.

"Nahhh, pacar gue peka banget."

Luna bertepuk tangan kecil hendak mengambilnya dari tangan Eris. Bukannya memberikan kotak susu itu pada Luna, namun otak jahilnya mengintruksi tangan Eris untuk terangkat ke atas, menjauhkannya.

"Bang?!"

"Cium dulu," jari telunjuk Eris bergerak menunjuk pipi kanannya, Luna memandang Eris ogah.

"Yaudah."

Karena gadis itu tak melakukan permintaannya, Eris membalikkan tubuhnya untuk menyimpan kembali susu kotak kedalam kresek di kursi penumpang belakang. Luna menarik lengan baju Eris keras.

"Apa?"

"Tu-tutup mata," gumam Luna, oh sudah dipastikan bahwa kini wajahnya sudah merah seperti tomat busuk.

Eris bersorak senang dalam hati, tanpa protes melakukan apa yang Luna perintah. Kedua kelopak matanya tertutup perlahan, memiringkan wajahnya ke kiri untuk memudahkan Luna.

Plak!

"Akhhh!"

Bukannya sebuah ciuman yang ia terima di pipi kirinya, malah sebuah tabokkan yang lumayan keras hingga terdengar suara. Luna lansung merampas susu kotak dari tangan kanan Eris saat Eris sibuk mengelus pipinya kesakitan.

Eris menajamkan matanya, memandangi Luna dengan wajah kesakitan. Luna pun tertawa terbahak-bahak,  Eris tersenyum simpul, melupakan rasa sakitnya.

Mengapa gadis itu sangat manis??

Plop!

Luna menusukkan sedotan ke susu kotak itu dan meminumnya dengan perasaan senang, tentu saja senang karena ia berhasil mengerjai Eris yang sedang mengerjainya.

"Gak enek minum susu di mobil?"

"Enggak."

Eris melunturkan senyumannya. Tatapan sayang tadi berubah menjadi tatapan mual, dilihat saja rasanya ia akan muntah sekarang. Buru-buru Eris memalingkan wajahnya kedepan, memundurkan mobilnya sebelum keluar dari area parkiran supermarket yang baru saja mereka datangi.

Dijalan, ia berfikir. Jika pulang, pasti banyak sekali manusia-manusia yang siap menganggu mereka berdua. Eris juga tak ingin pulang, ia ingin menghabiskan waktu bersama Luna hari ini.

"Mau kemana?"

Luna menoleh, "Terserah."

Skak. Inilah mengapa Eris malas dengan makhluk yang disebut perempuan. Dengan malas, Eris melajukan mobilnya saat lampu merah berubah menjadi hijau, ia pun tak tau harus melajukan mobilnya kemana.

Kosan Kanjeng MamihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang