[53]Lil Sister

362 54 0
                                    

HAI BESTAI!
HAPPY READING!!

◌●●

Luna mengerjapkan pelan kedua matanya yang semula tertutup rapat, merasa terusik dengan cahaya yang memaksa menerobos masuk menembus kelopak matanya. Ia bergerak tak nyaman, membalikkan posisi tubuhnya hingga membelakangi cahaya.

"Ah maaf kalo saya buat kak Lun jadi kebangun."

"Hm, it's ok."

Luna mengacungkan jempolnya dan kembali mendengkur halus, Tiara--sebut saja Rara memandang punggung Luna dengan tatapan bersalah. Tapi bagaimana, ini sudah menjadi kebiasaannya.

Karena sudah terlanjur terbangun, Luna tak bisa kembali masuk kedalam dunia mimpinya lagi. Diliriknya Rara yang terlihat tenang menyilangkan kakinya di atas sofa kecil dekat jendela, tangannya memegang tablet dan tangan satunya lagi menggores pensil digitalnya dilayar. Entah apa yang gadis itu buat, Luna memilih bangun dari posisi tidurnya.

Dengan langkah gontai, Luna berjalan pelan kedalam kamar mandi sambil menguap, rambut acak-acakkannya ia tak perdulikan bahkan celananya melorot. Untung saja Luna memakai kaos oversize.

Sekitar 10 menit Luna di kamar mandi, ia keluar dengan wajah yang lebih segar. Mengambil ponselnya yang sudah terisi penuh, kakinya bergerak menghampiri Rara untuk mengajaknya kebawah karena sudah jam sarapan.

"Ra, eh?"

Luna tersentak pelan ketika matanya tidak menemukan Rara ditempatnya, kasurnya terlihat rapih, pasti gadis itu yang membereskannya. Padahal Luna sudah beberapa kali bilang untuk tidak melakukan pekerjaan apapun.

Pandangannya tertuju pada tablet milik Rara yang menyala tergeletak diatas sofa, Luna menaikkan alis. Ini sebuah gambar animasi semacam... Komik? Apa gadis itu sibuk menggoreskan pensil digitalnya karena sedang menggambar?

"Kak Lun, udah waktunya sarapan---HAH?!"

Rara membulatkan matanya dan berjalan cepat lalu merampas tablet miliknya dari tangan Luna membuat Luna ikut tersentak, Rara mematikan layar tabletnya dan menunduk. Membuat Luna bergetar bingung.

"Eh? Ma-maaf, tadi layarnya nyala mau gue matiin." ucap Luna tidak merasa enak.

Rara menghembuskan nafasnya, "Gak apa-apa, saya yang ceroboh. Maaf."

Suasana seketika menjadi canggung, Luna berdeham pelan. "Ga-gambaran lo bagus banget, lo suka gambar Ra?"

"Iya, sebenernya saya komikus."

"Komikus?"

Rara mengangguk, "Ya, saya author dari komik 'Bloody Rose', kak Lun bisa baca komik saya dalam aplikasi. Kalo emang kak Lun mau baca."

"Wahhh? Beneran? Anjir keren, komik genre apa? Romantis? Komedi? Or fantasi? Ntar gue baca!"

"Thriller."

Luna terdiam, memandangi wajah imut Rara. Lihatlah perawakan Rara yang sedikit lebih pendek darinya, dengan pipi tembam dan mungil, mata bulat dan bibir kecil memberi kesan yang menggemaskan. Oh jangan lupakan rambut panjang gelombang seperti rambut boneka. Ia sedikit meragukan jawaban Rara.

Kosan Kanjeng MamihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang