[54]Previously

344 56 1
                                    

Hoi! Lag hpku.

Happy reading!

◌●●◌

"IT'S GIRLS TIME, BABY!"

"Lo kenapa?" tanya Luna bingung membuka pintu mobilnya dan duduk disebelah Hanna, sedangkan Rara duduk di bangku penumpang belakang.

"Gak apa-apa, biar gaya aja."

"Ngapain pake kacamata item segala?"

"Biar keliatan orang kaya." ucap Hanna membenarkan letak kacamata hitamnya yang mewah itu lalu menjalankan kendaraan beroda empat itu menjauh dari perkarangan rumah Luna.

"Lo kan emang orang kaya."

"Lah iya."

Semuanya terdiam.

Luna menggelengkan kepalanya, "Kita anterin dulu adiknya bang Tora sekolah."

"Adiknya?" Hanna menolehkan kepala ke belakang, "Ohhhh ini klien misi kita?" tanya Hanna menaikkan alisnya dibalik kacamata hitamnya.

Rara tersenyum canggung, Luna lagi-lagi menggelengkan kepalanya. "Lo kenapa sih Hanna? Cape gue."

"Sorry, kebanyakan nonton drama. Gue Hanna, Lo Rara kan?"

"Iya, kak Hanna. Nama saya Tiara, dipanggil Rara."

Hanna menengok lagi ke belakang, "Saya? Gak usah ditanggepin candaan gue tadi Ra."

"Cara ngomong saya emang gini kak."

"Ohhh, unik deh. Kek dikomik-komik."

"Dia emang komikus." Ucap Luna tanpa sadar sambil mengunyah gorengan yang ia bekal tadi.

"Eh?"

"KAK LUNNN!"

Luna menutup mulutnya, "WAHHHH SORRY KECEPLOSAN!!!! UHUK UHUK KESELEK!"

"MAAF KAK! INI AIR!"

"EH KUCING ANJIR!"

"HANNA JANGAN DITABRAK NTAR LO SIAL! UHUK!"

"YAKALI!"

Hanna menginjak rem mobilnya dan mobil berhenti tepat di depan kucing yang tiba-tiba menyebrang lalu duduk ditengah jalan, untungnya jalanan sepi karena masih daerah perumahan.

Akhirnya keadaan kembali tenang, ketiganya terdiam. Lumayan syok karena kejadian tadi. Hanna melepas kacamatanya dan menyimpannya.

"Gak enak, berasa liat malam dan siang hari secara bersamaan." gerutunya pelan.

"Ra, maaf ya... Baru aja pagi ini gue tau, tapi mulut gue refleks bilang."

Rara menggelengkan kepalanya, "Enggak apa-apa kak, udah terlanjur juga."

"Andaikan lo lupa atau gak denger Han."

"Lo gak akan jedotin kepala gue sampe ilang ingatan kan?" tanya Hanna memandang ngeri, Luna tersenyum miring. "Ide bagus."

"Anjir turun lo dari mobil gue!"

Luna memegang kaki Hanna yang menendangnya. "Becanda Hanna, nyetir yang bener."

"Becanda lo keterlaluan kek si Lucy, gimana itu rasanya kepala dijedotin sampe darah bercucuran, muka ancur, hihhh ngeri."

"Tunggu, kak Han baca komik 'Bloody Rose'?"

"Iya! Lo juga baca Ra? Seru banget gila, tapi gue agak trauma liat mawar putih udahnya. Bukan gambarnya doang yang bagus, tapi alur ceritanya gak gampang ditebak atau bahkan gak bisa ditebak. Susah banget itu keknya gambar detail-detail kek gitu, katanya authornya cewek. Kok bisa ya gak ngeri?" celoteh Hanna tanpa henti, Rara tersenyum hangat mendengarkan sedangkan Luna melanjutkan makan gorengan.

Kosan Kanjeng MamihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang