[45]Sibuk

383 66 2
                                    

Halo sahabat!
Happy reading!

◌●●

Ini udah seminggu lebih dua hari setelah kejadian mas Dean yang mengutarakan perasannya ke gue, dan selama itu Dean menghindari gue.

Gue udah firasat, pasti bakal gini. Tapi kenapa rasanya sesak ya? Bikin gue merasa bersalah aja udah nolak dia. Inilah kenapa bahwa lebih baik memendam perasaan dibanding mengutarakannya tapi disaat itu juga sebuah hubungan hancur.

Ribet dah pokoknya sekarang.

"Hah...."

Gue menghela nafas sembari mendongakkan kepala, melihat langit yang cerah dengan matahari yang tidak tertutup awan sama sekali. Mata gue perlahan terpejam.

Pluk!

Gue membuka mata saat sebuah kertas mendarat menutupi wajah gue hingga menutupi sinar matahari yang tadinya menyinari wajah gue, tangan gue menarik selembar kertas dari wajah gue dan iseng membacanya.

"Apa ini?" ucap gue menelusuri kertas yang mirip sebuah poster.

Oh, wait?

"Pertandingan voli?" gumam gue menaikkan alis saat membaca judul, waktu pelaksanaannya, dan semua kalimat yang tertera disitu.

"Lo mau nonton?"

"HIH?!" gue terpekik kaget karena bang Eris tiba-tiba hadir disebelah kiri bangku taman yang gue dudukin.

"So, lo mau nonton?" ulang bang Eris.

Gue lansung mengangguk kencang, "Iya dong! Kesempatan cuci mata, minggu kan?"

"Berarti seminggu lagi dong?" lanjut gue bertanya melihat membaca tanggalnya.

Bang Eris membalas dengan anggukkan, "Lo pasti kaget dengan penampilan gue dipertandingan, nyesel lo ejek gue waktu itu."

"Hm, kalo gue gak kaget gimana bang?"

"Gue bakal bikin lo kaget dan terpukau sampe-sampe lo teriak kenceng dari kursi penonton bahwa gue ganteng, liat aja." ucap bang Eris sombong dengan nada menantang gue.

Gue hanya terkekeh pelan, ujung mata gue melirik bang Eris yang meneguk americano dinginnya pelan.

Dalam diam, gue mengulum senyum.

IYA BANG! BAHKAN TANPA LO SURUH, GUE BAKAL TERIAK SEKENCENG-KENCENGNYA SAMPE SUARA GUE SERAK KALO LO GANTENG, KEREN, MIRIP JODOH GUE, GAK PEKA!

LIAT AJA!

"Selama seminggu ini juga, gue bakalan sibuk."

Senyum gue luntur seketika, lalu menaikkan alis, "Kenapa?"

"Karena waktu itu ada renovasi, waktu latihan jadi kepotong, dan waktu seminggu inilah. Porsi latihan voli jadi lebih padat." ucap bang Eris membuang cup americano nya ketempat sampah disebrang kursi taman.

"Gue duluan,"

"Kemana?" tanya gue, gak rela lah ya ngobrol cuman sesingkat ini.

"Latihan." gue melengkungkan bibir kebawah sedikit hampir tidak terlihat.

"Jaga kesehatan bang." ucap gue akhirnya, bang Eris mengangguk dan pergi berlalu meninggalkan gue yang kembali mendongakan kepala lesu menatap langit yang semakin cerah. Menunggu jam kuliah terakhir.

Kosan Kanjeng MamihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang