Hey!
Pencet dulu bintangnya!!
Happy reading!◌●●◌
"Siapa oknum yang berani-beraninya bikin lo jadi gila gini? Siapa?! Sampe-sampe maksa gue buat nginep disini," ucap Hanna bersedekap dada menatap tajam gue selepas sholat isya.
Gue menoleh dan menampilkan deretan gigi gue, nyengir. Hanna menyisir rambutnya dengan tangan sambil mendengus, "Siapa?! Gue tau lo nyuruh gue nginep mau cerita kan?"
Gue mengangguk dan memasukan kripik jagung kedalam mulut. Peka banget. Hanna mengambil posisi duduk disebelah gue dan memasukan kakinya kedalam selimut yang tebal karena malem ini hujan disertai angin kencang, sampe-sampe jendela kamar gue yang tertutup terdengar berisik gara-gara percikan air yang bertabrakan dengan permukaan kaca.
Tapi entah mengapa, gue suka. Suaranya bikin gue tenang aja.
"So, lo mau cerita apa?" tanya Hanna dengan nada normal. Tangannya terulur masuk kedalem bungkus kripik jagung dipangkuan gue dan melahapnya.
Gue terdiam sambil mengunyah, bingung. Gue harus cerita darimana?
"Emmm, gue jatuh cinta,"
"WHAT?! UHUK! UHUK!" gue ikut terkejut lansung dengan cepat mengambil gelas di nakas yang sengaja disiapin mamih dan memberikannya ke Hanna.
Hanna menerimanya lansung segera meneguknya tandas, padahal itu pake gelas gede. Segampang itu.
"Lo... Becanda ya? Gue mimpi kan?" gumamnya menolehkan kepala sambil menyusutkan ujung bibir yang terdapat tetesan air.
"Apa aneh kalo gue jatuh cinta?" tanya gue polos memiringkan kepala.
"BENERAN DONG!" pekiknya lagi dan merebahkan badannya kasar kekasur setelah menyimpan gelas, "Gila... SIAPA?!"
Gue menoleh, "Apanya?"
"Orangnya,"
Gue meremas bungkus kripik ragu, "Tapi, lo jangan ketawain gue," Hanna mengangguk, "AAAA MALU!" teriak gue menutup muka dengan bungkus kripik jagung.
"Anjir bangke cringe banget liat lo malu..." gumamnya dengan tatapan jijik melihat gue sampai memelintir ujung selimut greget.
"Ya inilah pemandangan pas liatin lo sama Lano berdua menebar keuwuan," ucap gue malas, Hanna tersenyum manis dan memegang pipinya malu.
"Hehe, terus terus?"
"Terus apanya?"
"Siapa ih orangnya!" ucapnya jengah, gue membulatkan mulut "Ohhh, eh tapi serius loh... Jangan ketawain gue,"
"Iya."
Gue mengangguk dan memutar mata gue melirik keseluruh penjuru kamar gue bingung, "Gue em..." ucap gue gantung dan gue menghela nafas terlebih dahulu mengumpulkan rasa keberanian dan kegelian.
"Jatuh cinta sama bang Eris."
Ucap gue dengan datar dan tegas, didetik selanjutnya menundukkan muka kebawah menutup mata erat. Sumpah mau ngilang aja, GELI BANGET WOY!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kosan Kanjeng Mamih
Novela JuvenilSetelah Lulus SMA dan tinggal di rumah kakek neneknya di Bekasi. Lunaya Qirla Morinta memutuskan untuk kembali ke Bandung, kerumah kedua orang tuanya dan berencana kuliah diuniversitas dekat rumah orang tuanya. Luna tau betul jika orang tuanya mempu...